==============================
Ada masanya sesuatu yang kamu sukai menjadi sesuatunya yang tidak berarti.
============
Bagian 1
::::::::::::::::Perkenalkan, namaku Nadya. Aku adalah salah seorang yang memiliki masa depan namun masih terjebak pula di masa lalu. Tentunya kalian sudah tahu kisahku dengan Arisen, bukan? Laki-laki labil yang entah kenapa begitu kucintai.
Ah ... tujuh tahun sudah berlalu. Aku dan dia benar-benar berpisah setelah tahun terakhir di sekolah menengah atas itu. Aku memilih melanjutkan studi di Jogja dan dia entah di mana.
Tentunya itu mengecewakan, apalagi setelah ucapannya yang katanya akan memperjuangkanku karena dulu aku-lah yang berjuang. Tapi, tidak apa, aku sudah bisa melanjutkan hidup tanpa dirinya. Aku juga sudah bahagia meski kadang teringat tentang dirinya.
Oh, iya. Saat ini aku sudah duduk manis di depan meja nomor 23 di sebuah tempat makan di Jogja sambil menunggu tunanganku. Ya, tentu saja bukan Arisen.
Aku sudah duduk di sini selama setengah jam menunggunya. Sedikit bosan sebenernya. Apalagi, tempat ini begitu ramai, orang-orang saling berbincang dan bercanda untuk menghabiskan sisa hari mereka. Aku tersenyum kecut saat menatap es coffe yang kupesan untuknya sudah tidak lagi dingin.
"Maaf, Yang, aku terlambat," katanya. Napasnya memburu dengan kemeja yang sudah acak-acakan dan tidak serapih tadi pagi saat menjemputku.
"Aku harus kirim satu laporan tadi. Maaf, kamu pasti lama nunggu, ya?"
Aku hanya tersenyum menatapnya. Lebih baik aku persilahkan dirinya untuk duduk dan memulai menikmati makanan yang kupesan.
Dia adalah tunanganku, Haru. Kami berhubungan baik selama 3 tahun terakhir dan baru memutuskan untuk berpacaran satu tahun lalu. Kemudian keluarga memutuskan agar melanjutkan kejenjang yang lebih serius yaitu pertunangan yang sudah terlaksanakan selama dua bulan lamanya.
Haru adalah laki-laki yang baik, dia penyabar, dan juga perhatian. Sikapnya sangat sopan, namun aku tidak suka dengan keterlambatannya dengan alasan pekerjaan. Haru itu tipikal laki-laki setia dan juga idaman para wanita, cukup beruntung sebenarnya aku mendapatkan Haru.
Postur tubuh Haru cukup tinggi, sekitar 170 senti, jelas terhitung sangat tinggi bagiku yang hanya 150 senti. Mata haru berukuran sedang, wajahnya khas oriental dengan alis tidak tipis dan tidak tebal, hidung Haru terbilang runcing dan tinggi.
"Kamu pasti marah," kata Harus setelah dirinya duduk di hadapanku.
Sebenarnya iya, aku tentu marah karena dia terlambat. Namun, untungnya tidak ada jadwal penting setelah makan siang. Jika saja ada jadwal lain, sudah kupastikan Haru akan makan di sini bersama debu yang kutinggalkan, kemudian akan mengirimkan aku sejuta pesan maaf dan rasa bersalah.
Aku pun tersenyum manis, mendorong satu piring nasi ayam kremes yang tadi kupesan. "Makan dulu, kamu pasti balik ke kantor lagi setelah ini, 'kan?"
"Enggak," kata Haru dengan gelengan kepala yang terlalu cepat.
"Loh? Haru, kamu nggak niat bolos kerja, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak Effect [Selesai]
Teen FictionBuku kedua dari Hey Mantan! (disarankan baca dulu buku pertamanya, tapi enggak juga nggak papa sih.) ⚠️ Follow dulu sebelum baca, ya! ......... Ini kisahku, tentang Nadya yang sudah berhasil berdiri selama tujuh tahun lamanya tanpa sosok Arisen di...