💫 T w o 💫

6.6K 767 7
                                    

Hari ini adalah hari bahagia untuk Winter karena dia sekarang sudah menginjak bangku SMA. Sekolah baru, suasana baru, penghuni sekolah baru, kelas baru dan teman baru. Semuanya serba baru termasuk seragam, tas dan sepatunya.

"Dek, buruan! Nanti telat loh!" panggil Nayeon yang sudah berdiri di samping mobilnya.

"Siap meluncur kakakku sayang!" seru Winter sambil berlari keluar dari halaman rumahnya. Entah karena terlalu bersemangat atau terlalu ceroboh kaki kiri Winter malah tersangkut di belakang kaki kanannya dan membuat dia terjatuh.

Nayeon meringis menatap adik yang sudah terduduk di jalanan itu.

"Dek, ngga apa-apa kan?"

Winter berdiri sambil memasang wajahnya yang penuh akan senyum. "Ngga apa-apa kak, ini cuman jatoh doang kok bukan di tabrak mobil,"

"Makannya kalau mau jalan tuh di lihat-lihat," seru suara dari belakang mereka berdua yang tidak lain dan tidak bukan adalah Karina.

"Udah dek, gak usah di urusin orang-orang kayak mereka. Ayo masuk," ujar Jeongyeon berusaha menahan tawanya lalu masuk ke dalam mobil.

"Ck, aku doain ketabrak bebek di jalan nanti biar tau rasa!" lirih Winter

"Udah biarin aja, ayo keburu telat."

Akhirnya kedua mobil itu melaju di jalanan meninggalkan pekarangan rumah masing-masing.

Pernah dengar kalimat "setiap kata adalah doa?" Yap! Setelah apa yang di ucapkan Winter sebelum berangkat tadi mobil yang di tumpangi Karina dan kakaknya hampir saja menabrak bebek yang entah dari mana datangnya. Walaupun itu sudah hampir sampai di gerbang depan sekolahnya, tapi Winter tetap tertawa puas melihat Karina yang keluar sambil memegang leher belakangnya.

"Tuhan kayaknya emang sayang aku, semua doa aku di kabulin dari kecil," ujar Winter sambil menatap Karina dengan tatapan ejekan.

"Dasar psiko!" gumam Karina

••••

Ah sial! Karina ternyata bagian dari anggota osis. Memang sekolahnya sudah tidak mengadakan sistem pelonco dan segala tetek bengeknya, tapi dia lupa kalau sekolahnya masih mengadakan MPLS selama 3 hari. Winter hanya bisa berdoa agar kakak pendampingnya nanti bukan Karina, tapi sepertinya doa-nya tidak mujarab kali ini. Buktinya Karina datang bersama dengan salah satu temannya yang juga anggota osis dan berdiri di depan barisan kelompoknya.

Karina tersenyum miring melihat reaksi kaget bercampur kesal dari wajah Winter.

"Oke perhatian semuanya! Walaupun ini hanya untuk pengenalan lingkungan sekolah bukan berarti kalian bisa seenaknya pada senior kalian terutama kami, mengerti?"

"Mengerti kak!"

"Jadi, perkenalkan nama kakak Lee Jeno dan yang di sebelah kakak namanya Karina. Hati-hati ya, kakak kalian yang ini orangnya galak,"

"Apa sih, Jen!" omel Karina

"Dari mukanya juga udah kelihatan kok kak galaknya," sahut Winter.

"Haha, yaudah kita langsung ke inti pembahasannya aja,"

Karina dan Winter saling memberikan tatapan tajam seolah-olah seperti 2 ekor singa yang berusaha mempertahankan wilayahnya. Tidak mau berurusan lama dengan Winter, Karina memutuskan aksi tatap-tatapan mereka sambil mendengus pelan dan beralih membantu Jeno.

"Jadi gitu yah, kalau ada yang mau di tanyain bisa tanya langsung ke kakak atau ke kak Karina," ucap Jeno. "Rin, gue mau ke toilet bentar. Arahin mereka dulu ya bentar, udah gak tahan nih gue,"

"Yaudah sana,"

"Thank's Rin!" Jeno berlari terbirit-birit meninggalkan Karina yang sedang memantau adik-adiknya itu.

"Sumpah ya, dia punya muka dua apa gimana sih? Di depan aku jutek banget tapi di depan orang lain malah sok baik," monolog Winter.

"Kak! Kantin dimana sih? Haus nih pengen beli minum!"

Karina menatap kesal pemilik suara yang baru saja berteriak itu. Sungguh, moodnya pagi ini sedang tidak bersahabat, di tambah dengan kelakuan tetangganya ini makin hancur moodnya.

"Ada tuh di sebelah gedung olahraga,"

"Anterin dong, ngga tau denah sekolah soalnya," Lagi dan lagi Karina berusaha menahan emosinya di depan murid-murid baru.

"Kalian jangan ada yang mencar-mencar kemana dulu," ucap Karina mengingatkan para murid baru. "Ayo cepetan!"

Winter tertawa menang dalam hatinya. Lihat saja, akan dia buat tetangganya ini kesal setiap hari.

Dari belakang Karina menatap Winter dengan malas. Rasanya dia ingin memukul kepala gadis itu sekarang.

"Udah belum sih? Teman-teman kamu yang lain lagi nungguin di aula!" ujar Karina

"Tunggu bentar kenapa sih? Bawel banget dari tadi," Karina merotasi kedua bola matanya. Cukup sudah, kesabarannya sudah habis dengan gadis ini.

"Kamu tuh y-"

Praaang!!!

"Ahh! Upss maaf! Gue gak sengaja!"

Winter yang mendengar ada suara ribut-rbut di belakangnya otomatis langsung berbalik dan benar saja ada yang akan ribut sebentar lagi.

Sekalipun Karina dan Winter sering bertengkar setiap saat bukan berarti Winter akan diam saja melihat pemandangan di depannya saat ini.

"Bilang aja kali kalau emang sengaja! Pengecut tau ngga kalau pura-pura ngga sengaja," sahut Karina sambil sesekali membersihkan seragamnya yang kotor.

"Ada apa nih rame-rame? Mau berantem ya? Ngga adil kalau berantemnya 1 lawan 4, malah keroyokan namanya," timpal Winter

"Ini siapa lagi yang ikut campur,"

"Aku udah selesai beli minum, ayo balik ke aula," ucap Winter tanpa memperdulikan ocehan dari keempat kakak kelasnya ini. "Oh iya kak, kalau mau berantem mending langsung di ring aja, biar makin seru,"

Beberapa murid yang berada di kantin tertawa mendengar ucapan Winter. Rasanya akan ada pawang dari keempat murid nakal ini nanti.

Winter merogoh saku jas sekolahnya dan menyodorkan sapu tangannya, "Nih!"

"Ngapain?" selidik Karina

"Bersihin tuh nodanya, di kira bakal bersih kalau cuman di pukul-pukul gitu pakai tangan kosong? Yang ada malah makin kotor, tangannya juga nanti bau," ucap Winter. "Ambil aja kenapa sih! Eh bukan berarti kita berhenti musuhan ya, enak aja!"

Winter kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Karina di belakang setelah meletakan sapu tangan miliknya di telapak tangan Karina.








〰️〰️〰️〰️

If It Is You[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang