💫 T h r e e 💫

5.3K 741 14
                                    

Cuaca sore hari yang mendung seakan mendukung semua orang untuk berada di kamarnya sambil menunggu hujan yang sepertinya akan turun sebentar lagi.

Yang namanya Winter mana bisa diam terus di kamarnya. Sisa liburannya yang kemarin sudah terkuras habis di kamarnya. Winter yang sedang duduk di teras depan rumahnya menunggu kedatangan hujan sambil memainkan gitar kesayangannya, semuanya berjalan normal sampai akhirnya seseorang dari rumah seberang keluar membawa tong sampah.

"Tumben keluar dari kamar, biasanya juga ngurung terus kayak beruang yang hibernasi!" sahut Winter

"Ck, suka-suka lah," dengus Karina

"Sapu tangan aku jangan lupa di balikin,"

"Udah aku jadiin alas tidurnya kucing aku,"

"Heh! Sembarangan banget kenapa sih! Balikin ngga?"

"Ngga,"

"Dasar psiko!" gumam Winter menatap kesal Karina yang sudah masuk ke dalam rumahnya. "Tapi kok makin hari orangnya makin pendiem ya? Biasanya juga pecicilan,"

Baru saja di gibahin orangnya muncul lagi, tapi kali ini makai jaket. Entah mau kemana.

"Ku punya tetangga yang cueknya minta ampun, mukanya garang--"

"Diem deh, suara kamu sumbang tau ngga," ujar Karina yang membuat Winter menganga lebar. Baru kali ini ada yang bilang suaranya sumbang.

"Kayak suaranya bagus aja!" teriak Winter yang tidak terima di ejek.

"Ngapain sih teriak-teriak?"

"Eh, Ma? Kenapa?"

"Berantem lagi sama Karina?"

"Engga ih, ngapain juga!"

Mamanya menggeleng pelan. "Nih beliin mama gula di warung depan dulu, kakak kamu mau buat kue tapi gulanya udah habis,"

"Ada kompensasinya gak?"

"Kamu mau uang jajan mama kurangin?"

"Eh? Bercanda Ma, hehehe. Sini uangnya,"

"Nih, cepetan balik ya soalnya udah mau hujan tuh,"

"Siap ibu negara! Aku titip gitar aku ya," Winter berlari menuju garasi rumahnya dan mengambil sepeda miliknya.

Sebenarnya warung yang mau di datangin tidak terlalu jauh tapi karena mau hujan jadi Winter memilih untuk naik sepeda biar tidak kehujanan nanti.

"Bu, gulanya satu kilo!" seru Winter setelah sampai di warung

"Biasain antri, ini bukan warung kamu aja," celetuk Karina yang entah sejak kapan sudah ada di sampingnya.

"Ini dek minyak sama gulanya!" Winter menjulurkan lidahnya berniat mengejek Karina karna dirinya tidak perlu antri lagi tapi yang di dapat malah cubitan mulus di pinggangnya.

"AAKHH!" ringis Winter

"Makasih bu, ini uangnya," ucap Karina lalu meninggalkan Winter sendiri.

"Manusia apa bukan sih," dengus Winter

"Berantem terus kerjaannya, nanti jadi suka loh,"

Winter tertawa hambar mendengar sahutan ibu penjaga warung. "Haha, ngga deh bu. Orangnya galak, makasih bu!"

Dengan perasaan kesal Winter menaiki sepedanya dan mempercepat kayuhannya dan saat bertemu dengan Karina di tengah jalan Winter kembali menjulurkan lidahnya lagi.

"Kasihan yang ngga bisa naik sepeda," ejek Winter.

Karina mendengus pelan, harus banget ya di ketemu dengan manusia modelan Winter? Cantik sih iya, tapi setiap hari selalu bikin darahnya naik.

"Jatoh baru tau rasa!" gumam Karina

Tik Tik Tik

Sepertinya ini hari sial untuk Karina, pagi sampai sore di buat pusing oleh kelakuan Winter dan sekarang hujannya turun, sampai di rumah saja belum.

"Heh! Buruan naik!" Karina mendongka dan mendapatkan Winter yang sudah berada di depannya.

"Buruan dih! Hujannya bakal deras, cepetan!"

Wait! Karina masih berusaha mencerna semua apa yang ada di kepalanya saat ini. Kenapa Winter jadi tiba-tiba suka muncul di saat dirinya butuh bantuan atau kesusahan?

"YOO JIMIN BURUAN!" teriak Winter kesal. Hujannya semakin deras tapi Karina masih diam.

"Cepetan naik atau aku tinggal?" Ancam Winter sambil menatap Karina dengan tajam. Mau tidak mau Karina naik.

Selama di perjalanan Karina rasanya ingin mengumpat. Winter mengayuh sepedanya seperti orang yang mengajak ingin mati saking cepatnya.

"Masuk rumah sana cepetan!" ujar Winter setelah sampai.

Keduanya langsung berlari ke rumah masing-masing karena hujannya yang bertambah deras.

"Lain kali ngga usah ngasih tumpangan! Kayak mau ngajak mati tau ngga!" omel Karina dari teras rumahnya.

"Udah di tumpangin kok ngomel sih? Bilang makasih kek!" kesal Winter menatap Karina yang masuk ke dalam rumahnya dengan pakaian yang basah.

"Emang dasar ngga punya perasaan," dengus Winter.

"DASAR BERUANG KUTUB!" Winter memasuki rumahnya dengan perasaan kesal. Winter bersumpah Lain kali ngga bakal ngasih tumpangan pada orang yang bernama Karina itu.










〰️〰️〰️〰️〰️

If It Is You[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang