💫 F o u r 💫

5.1K 692 11
                                    

3 hari berhadapan terus dengan musuh bebuyutannya sejak kecil kayaknya sudah cukup membuat dirinya seperti babu. Winter menarik udara pagi hari ini dengan semangat dan menghembuskannya kembali. Kemarin masa MPLS-nya sudah berakhir, jadi hari ini dia terbebas dari senior sekaligus tetangganya itu.

"Woy! Masih pagi udah bengong aja depan gerbang!" Winter menoleh menatap cewek berambut pendek sebahu si sebelahnya ini, mencoba mengingat namanya.

"Ryujin kan ya?" sahut Winter

"Iyups! Inget juga lo akhirnya!" seru Ryujin. "Yok masuk, sekalian liat kita masuknya di kelas yang mana,"

Winter iya-iya aja. Lagian ngga ada salahnya ikutin Ryujin, anaknya humble soalnya jadi Winter gampang akrabnya.

"Kemarin gue mau ngenalin lo sama temen-temen gue yang lain tapi lo buru-buru banget balik rumah," ucap Ryujin

"Ngga buru-buru juga sih, tapi ada yang lagi di kejar," balas Winter.

"Duh, papan pengumumannya rame! Tungguin di belakang aja apa terobos nih?" Ryujin menatap Winter meminta jawaban, tapi Winter menggelengkan kepalanya.

"Tunggu disini aja deh, nanti juga berkurang orang-orangnya,"

"Oke deh,"

Akhirnya Ryujin sibuk bermain dengan handphonenya dan Winter yang sibuk melihat murid-murid lain yang saling berdesak-desakan di depan papan pengumuman.

"Orang-orang pada kenapa suka repotin diri sendiri sih? Di tungguin aja kan bisa," gumam Winter sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Matanya membulat kaget saat melihat seorang murid yang jatuh ke lantai karena di dorong oleh murid lainnya. Lebih kaget lagi saat tau siapa murid yang jatuh itu. Parahnya orang-orang malah cuek bahkan ada yang menginjak tangan si murid membuat Winter mau tidak mau berlari masuk ke dalam kerumunan.

"Bangun!" celetuk Winter sambil membantu murid itu berdiri.

"Woy! Pelan-pelan kek kalau mau jalan! Gak liat ini ada yang jatoh sampai di injak-injak tangannya? Bisa santai aja gak sih?"

Teriakan melengking dari Winter itu mampu membuat murid-murid di depan papan pengumuman terdiam.

"Karina?! Ya ampun, lo baik-baik aja?" kaget Heejin yang melihat jari-jari tangan sebelah kiri temannya itu merah.

"Pake di tanya, ya engga lah!" dumel Winter

Heejin yang mendapat semprotan dari Winter itu hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya sambil melirik teman-temannya di belakang.

"Minggir lo semua sebelum gue jorokin ke lantai juga lo satu-satu!" Ryujin menatap takjub teman barunya itu. Sepertinya mereka satu server.

"Kelas 11-2. Udah sana ke UKS, kompres sama handuk yang ada es batunya," ucap Winter.

Karina masih terdiam menatap Winter dengan heran. Sejak kapan anak ini jadi perhatian begini? Biasanya juga anak ini yang tertawa paling kencang saat dirinya jatuh atau ketiban musibah.

"Ngga usah liatin aku kayak gitu! Serem tau ngga," protes Winter. "Ryujin! Kelas 10-6, ayok buruan," Akhirnya Winter meninggalkan Karina dengan beribu tanda tanya di kepalanya.

"Udah gila kayaknya," gumam Karina

"Rin, ayo ke UKS. Nanti bengkak tuh jari-jari lo."



















Bel istrahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu tapi kantin sudah penuh dengan para murid yang sudah ada 10 menit sebelum jam istrahat berlangsung, tidak heran sih karena hari ini belum ada proses KBM.

If It Is You[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang