💫 S e v e n t e e n 💫

4.4K 591 8
                                    

-

"Winter!" sahut Karina sambil melemparkan potongan rubik ke pintu balkon kamar Winter.

"Kim Minjeong!"

"Apaan?" ketus Winter yang membuka pintu balkon dengan handuk di lehernya.

Mata Karina memincing melihat pelipis Winter yang luka kemarin, "Lukanya udah sembuh?"

"Belum lah, ngga lihat ini lukanya belum ketutup?"

"Terus kenapa ngga di perban? Kalau infeksi gimana?"

"Ya kan aku baru aja selesai mandi, masa aku mandi tapi perbannya ngga di buka?!"

Iya juga sih.

"Ada apa manggil-manggil? Kayak akrab aja tiap hari manggil,"

Rasanya Karina ingin menyumpal mulut Winter yang kelewat cerewet itu. Kalau bukan karna sesuatu juga Karina ogah memanggil Winter.

"Temenin, kak Jungyeon ngga bakal pulang hari ini. Aku juga pengen makan tapi..."

"Ngga bisa masak!" potong Winter "Ck, kan bisa mesen!"

"Kalau mesen terus kasihan kesehatan aku, lagian kalau mama sampai tau aku mesen makanan cepet saji terus bisa-bisa aku di marahin,"

"Ck, nyusahin banget kenapa sih!" gerutu Winter. "Yaudah, aku ke rumah kamu!"

Karina tersenyum lalu mengangguk kecil. Melihat Winter yang masuk ke dalam kamarnya lagi Karina beranjak dari balkon kamarnya menuju ke lantai bawah.

Tidak lama berselang Winter masuk tanpa menekan bel ataupun menunggu Karina membukakan pintu untuknya.

"Ada apa aja di kulkas?" tanya Winter

"Telur, sayur-sayuran sama daun bawang aja. Kayaknya mama lupa belanja lagi sebelum pergi," dengus Karina yang melihat isi kulkasnya.

"Yaudah, kita buat omelet telur sama soup sayur aja," balas Winter

"Di rumah kamu..."

"Ngga! Males kalau harus balik ke rumah lagi buat ngambil ikan, daging atau apalah itu!"

Karina mencebik, bisa-bisanya dia punya tetangga seperti Winter.

"Luka kamu di obatin dulu baru itu masak," ujar Karina lalu menarik Winter menuju ruang tengah.

"Tante sama Om kapan baliknya?" tanya Winter menatap Karina yang mengambil obat merah di kotak p3k

"Ngga tau, mama sama papa liburan honeymoon jadi ngga tau kapan balik," jawab Karina "Merem dulu!"

"Ngapain merem sih?"

"Mata kamu tajam tau ngga! Aku berasa lagi di intograsi kalau kamu melek,"

"Suka ngga sadar diri!" cibir Winter yang tetap menuruti perkataan Karina.

"Masih perih ngga?" seru Karina

"Dikit."

Hening. Baik Karina dan Winter tidak ada yang buka suara, bahkan sampai lukanya selesai di perban pun masih belum ada yang buka suara.

"Udah. Kamu bisa buka mata lagi,"

"Kenapa tiba-tiba baik banget? Biasanya juga jutek,"

"Kan kamu sendiri yang bilang capek kalau beranten terus. Kenapa? Mau berantem lagi?" dengus Karina

If It Is You[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang