[1] Secret Marriage: Reborn as A Beautiful Model Student

038. Tidak Tahan Melihat Dia Pergi

Ketika dia kembali ke lift, Ye Tianxin melihat bayangannya di pintu baja dan menyadari bahwa dia telah menangis.

“Apakah Kak Li memperhatikan bahwa aku menangis? Itu sangat memalukan! Aku seorang wanita dewasa. Mengapa aku begitu emosional? Ini pertanda buruk.” pikirnya.

Ketika Ye Tianxin kembali ke bangsal, neneknya bisa langsung tahu bahwa dia menangis. "Tianxin, kamu tidak tahan melihat Li pergi, kan?" Dia bertanya.

“Nek, aku baik-baik saja. Aku hanya tidak tahu bagaimana membalas kebaikan Kak Li. Dia sangat baik kepada kita.” jawab Ye Tianxin.

“Jika bukan karena Kak Li, aku mungkin tidak akan bisa bertahan di ibu kota dan menemukan seorang spesialis yang terampil untuk mengoperasi Nenek. Setiap langkah yang kuambil dalam hidup sangat sulit.” pikir Ye Tianxin.

“Li adalah orang baik. Mari berbaik hati padanya mulai sekarang.” Nenek menghibur dengan lemah, dan Ye Tianxin merasakan gelombang kesedihan membasuhnya.

Dia selalu tahu bahwa akan tiba hari ketika Li Qingcang harus kembali ke kehidupan normalnya sementara dia tinggal bersama neneknya. Tapi dia merasa hampa memikirkannya, dan seolah-olah dia telah kehilangan sebagian dari dirinya sendiri.

Dia merasa suram seperti hari hujan dan diliputi depresi, kerinduan, dan ketidakpastian. Untuk beberapa alasan aneh, jantungnya juga mulai sakit.

"Nek, aku akan pergi belajar dan melakukan beberapa soal latihan," kata Ye Tianxin dan berjalan ke meja belajar.

Ketika dia meraih untuk mengambil buku latihannya, dia menyadari bahwa ada beberapa tambahan baru pada tumpukan tersebut. Itu semua adalah kertas-kertas sebelumnya untuk ujian masuk perguruan tinggi nasional Ibu Kota, dan ada catatan tempel yang ditempelkan di buku latihan di bagian atas. Itu adalah catatan dari Li Qingcang. Dia telah menulis dengan percaya diri dengan pulpen, [Tianxin, aku akan menunggumu di Universitas Ibukota.]

Air mata mengalir deras di pipinya saat melihat ini. Menundukkan kepalanya dalam diam, dia mengeluarkan penanya untuk mencoba pertanyaan.

Beberapa orang terlahir berbakat, tetapi Ye Tianxin bukanlah salah satu dari mereka. Dia hanya bisa mewujudkan mimpinya melalui usaha, ketekunan, dan dedikasi.

Ye Tianxin berangsur-angsur menjadi asyik memecahkan masalah di makalah tahun lalu. Dengan setiap pertanyaan yang dia selesaikan, dia merasa seolah-olah dia sedang dibebaskan, dan dia secara bertahap mulai mengendur.

Hanya ketika lampu menyala karena hari sudah malam, Ye Tianxin akhirnya berhenti untuk melihat dari buku latihannya. Wajahnya yang cantik dan indah tercermin di jendela kaca saat dia melihat ke luar dan melihat betapa gelapnya jendela itu. Berbalik ke samping, dia meminta maaf, “Nek, maafkan aku. Aku lupa waktu karena terlalu asyik belajar!”

"Datang dan makanlah, Tianxin," neneknya memberi isyarat.

Makanan neneknya disediakan secara khusus berdasarkan rekomendasi dari ahli gizi profesional, yang akan menganalisis kondisinya dan menasihati staf rumah sakit sesuai dengan itu.

Mereka memberi neneknya banyak hidangan tetapi dalam porsi kecil, dan semuanya tampak begitu menggugah selera sehingga tindakan sederhana makan menjadi hal yang menyenangkan untuk dilakukan.

“Nek, silakan makan. Aku akan mencuci tanganku dulu.” kata Ye Tianxin dan berjalan ke kamar mandi. Dia makan malam dengan neneknya setelah dia mencuci tangannya dan kembali ke bangsal. Ye Tianxin senang melihat nafsu makan neneknya jauh lebih baik sekarang.

Setelah makan malam, di bawah bimbingan neneknya, Ye Tianxin dengan sungguh-sungguh berusaha menyulam. Setelah beberapa waktu, dia mandi dan pergi tidur.