Mo Xianzi - Draft

105 20 9
                                    

[ Mo Xianzi ]
Draft

[ Mo Xianzi ]Draft

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Pagi yang cukup dingin di atas kapal besar yang sedang mengarungi ganasnya samudra. Seakan tidak ada yang berani mengalahkan kehebatan kapal rancangan keluarga Zigfrids yang dipenuhi dengan para konglomerat dari seluruh penjuru dunia. Termasuk putra termuda dari keluarga yang dikenal dengan reputasinya sebagai seorang pembunuh ulung. Memang pemuda itu tidak mewarisi keahlian mengeksekusi seseorang dengan baik karena memang bukan anak kandung dari Mr.Zigfrids. Tetapi, bukan anggota keluarga Zigfrids kalau tidak menguasai suatu keahlian. Pemuda itu dikenal dengan kemampuannya mengutak-atik komputer baik di perangkat lunak maupun perangkat keras.

Air hangat mengalir dari ujung shower menuju ke tubuh pemuda itu dari ujung kepalanya sampai ke ujung kakinya. Setelah dirasa cukup, ia mengambil handuk yang tergantung di atas pengait di belakang pintu. Ia meneringkan tubuhnya dengan baik, terutama di bagian lipatan tubuhnya. Lantas ia membalutkan handuk berwarna putih itu di pinggangnya, lalu keluar dari kamar mandi yang terletak di sudut kabinnya yang sangt besar.

Ia melangkahkan kakinya ke sebuah lemari besar di sebelah kamar mandi. Pemuda itu melepaskan handuknya, kemudian memakai celana pendek dan kaos oblong putih polos yang sudah ia siapkan sebelum ia mandi. Kemudian ia tak lantas memilih setelan apa yang hendak ia kenakan pada pagi itu. Ia justru mendekat ke sebuah meja rias dengan sebuah kaca besar yang tergantung di depannya. Adik angkat Nona Elorraine itu mencoba untuk membenarkan rambutnya yang masih setengah basah dengan tangannya. Namun, cara itu sepertinya bukan merupakan solusi untuk membereskan rambutnya yang masih berantakan. Pemuda itu mengambil sebuah pengering rambut yang ada di dalam laci meja. Ia mengeringkan rambutnya dengan benda itu. Udara panas menghembus dari alat itu dan membuat rambut pemuda itu mengembang.

Setelah cukup membuat rambutnya kering, pemuda itu memilih untuk segera keluar dari kabinnya. Ia tak mau melewatkan suasana pagi sebelum matahari mulai terik dan orang-orang mulai beraktivitas. Para konglomerat yang setiap malam melakukan pesta pasti juga belum bangun dari tidur lelap mereka. Benar-benar suasana yang tak mungkin ia lewatkan.

“Secangkir esspresso panas sepertinya menyenangkan,” gumam pemuda itu.

Ia lantas menggapai jaket hoodie putihnya yang tersampirkan di atas pengait, kemudian memakainya. Kemudian, ia meletakkan pakaian kotornya ke dalam keranjang laundry lantas keluar dari kabinnya.

Memang beberapa hari terakhir ini, kopi espresso panas menjadi teman dari tuan muda keluarga Zigfrids itu. Semenjak ia mencoba kopi di cafe yang ada di kapal, entah mengapa pemuda bernama Xianzi itu menjadi fanatik dengan rasa kopi yang sebenarnya biasa saja bagi sebagian besar orang. Setiap pagi, ia menyempatkan untuk mampir sejenak di cafe yang terletak tak jauh dari tempat kabinnya berada, sebelum sarapan pagi.

Suara lonceng berdenting ketika ia membuka pintu cafe yang ia datangi tiap hari. Para pelayan yang baru saja membuka cafe itu seakan sudah hafal dengan kedatangan Xianzi. Sapaan hangat para pelayan dibalas dengan senyuman manis dari laki-laki keturunan Cina itu.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang