Adrielle Leora - Merah Darah Pembunuh

73 17 0
                                    

[ Leora ]
Merah Darah Pembunuh

[ Leora ]Merah Darah Pembunuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Suara dua buah kuku yang bersatu mengetuk-ketukkan kuku satu dan lainnya menggema di ruangan yang sunyi ini. Berirama dengan suara detakan jantung cepat milik Leora. Hembusan nafas gusar tadi kini mulai ia kendalikan dan mulai menarik nafas dengan perlahan, ia mencoba untuk menenangkan dirinya. Suara air yang menetes dari keran beradu dengan suara dinginnya wastafel marmer, menciptakan suasana hening yang menyudutkan Leora.

Ia menatap cermin di hadapannya, menatapi sebuah pantulan wanita bergaun merah yang kini tengah mengeluarkan cairan merah dari hidungnya, melihat pantulannya sendiri yang tengah mimisan. Darah sialan itu rupanya tak sengaja memicu kilas balik ingatan buruk dan trauma yang pernah ia alami, trauma akan penyiksaan yang dilakukan para suster panti asuhan saat ia kecil dulu, kekerasan merupakan hal yang lumrah disana, kekerasan juga metode para suster untuk membuat anak-anak panti menjadi patuh.

Panti yang sebenarnya jauh dari kata layak untuk dihuni oleh anak-anak itu bahkan tak segan-segan menghukum mereka dengan tak memberi anak-anak ini makan selama berhari-hari, dan selalu menyiksa mereka melalui sebuah slogan 'hukuman untuk ketaatan'. Slogan itu pula yang membiarkan para suster menyalurkan amarahnya pada anak-anak tak berdosa, Leora salah satunya.

***

"Mengakulah atas dosa yang kau lakukan!" teriak seorang suster lengkap dengan sebuah sabuk ditangannya.

"A-aku tidak mencuri Suster Susanne, aku bersumpah demi Tuhan aku tak mengambil biskuit itu," ucap Leora kecil dengan kedua tangan terikat dan berlutut pasrah.

Darah segar mengalir dari punggung gadis itu. Tak henti-hentinya suster menghukum Leora dengan memberikannya cambukan atas kesalahpahaman yang terjadi. Suster bernama Susanne itu memergoki Leora tengah memegang kaleng biskuit yang hanya dapat dimakan seminggu sekali, dan Leora sudah mendapat bagian dari biskuit itu. Namun yang sebenarnya terjadi ialah Leora yang tengah membersihkan biskuit itu setelah tak sengaja kaleng itu terjatuh dan membuat semua isinya berserakan di tanah.

"Demi Tuhan kau bilang? Jangan pernah membawa nama Tuhan atas dusta yang kau katakan anak muda!" sebuah cambukan kencang terlontar mengenai tubuh kecil Leora.

Leora berteriak, merintih, dan memohon agar suster itu berhenti mencambuknya dihadapan seluruh penghuni panti. Para suster sengaja melakukan itu untuk memberi pelajaran pada Leora dan yang lain atas konsekuensi yang bahkan tidak ia lakukan.

"Sekali lagi ku tanya padamu nak, apa kau mencuri biskuit itu?" tanya Suster Susanne, ia mengangkat dagu Leora untuk membuatnya menatap wajahnya.

Sudah berkali-kali pertanyaan itu dilayangkan oleh suster ini, dan setiap kali Leora menjawabnya dengan jujur ia akan mengayunkan sebuah cambukan kencang padanya. Cambukan tanpa rasa ampun yang membuat tubuh Leora kini sangat lelah. Jika suster itu menginginkan sebuah kebenaran, itulah kebenaran. Leora tidak mencuri. Namun sepertinya mereka ingin kebenaran lain yang dibuat-buat, maka Leora terpaksa berbohong, mengakui kesalahan yang tidak ia perbuat.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang