Marian Elizabeth - Terombang-ambing Dalam Hati

61 11 1
                                    

[ Marian ]
Terombang-ambing Dalam Hati

Marian berlari pelan, ia masih mengendap-ngendap sambil sesekali melirik ke belakang untuk memastikan bahwa Diluvian takkan mengikutinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marian berlari pelan, ia masih mengendap-ngendap sambil sesekali melirik ke belakang untuk memastikan bahwa Diluvian takkan mengikutinya.

Pria itu benar-benar mengacaukan rencananya terhadap Illya Huttrayces. Marian kehilangan jejak pria berkulit putih dengan rambut pirang indah dan setelan rapinya yang membicarakan tentang kapal dan pengeboman.

Namun setelah dipikir-pikir, mengapa Marian tidak melihat Diluvian dari awal? Dengan penampilan nyentrik itu pasti akan sangat mudah baginya untuk mengenali si rambut putih susu. Meski diantara ratusan ataupun ribuan penumpang kapal pesiar mewah, Marian yakin mampu menemukannya. Namun mengingat bagaimana Diluvian dan reputasinya sebagai anak yang suka bersembunyi, Marian yakin laki-laki yang berusia enam tahun lebih tua darinya itu menutup rapat-rapat akan keberadaannya. Tiba-tiba saja dia menunjukkan diri dengan gaya pakaian nyentrik, padahal biasanya ia hanya mengenakan setelan super simple seperti yang biasa Alyasa kenakan.

Teringat Alyasa, sekali lagi Marian menggelengkan kepalanya pelan. Ia berusaha menepis berbagai perasaan dan pemikiran yang langsung menghampirinya setiap kali mengingat nama itu barang sedikit pun. Seluruh dunianya terlalu terfokus pada pria itu, yang juga dulu memusatkan fokusnya pada Marian meski dalam tanda kutip yang berbeda. Marian yang benar-benar dibutakan cinta dan Alyasa yang sebatas memenuhi pekerjaannya.

"Ingatlah Marian, Alyasa takkan pernah menganggapmu lebih dari sekedar bocah ingusan yang selalu membuat masalah." Gadis itu bergumam sambil mengikat rambut kecokelatannya dengan karet yang ia ambil dari dalam tas selempangnya sambil memasuki lif dan mulai menekan tombol angka menuju lantai paling atas. Marian berinisiatif untuk menghirup sedikit udara segar yang paling paling kembali membuat dadanya sesak. Mengingat betapa seringnya ia dan Alyasa menghabiskan waktu disana selama berlayar dengan Le Wiston the Seas.

Baru saja naik satu lantai, ternyata sudah ada orang lain yang menunggu untuk ikut menaiki lift yang sama. Marian mendengkus pelan seiringan pintu lift terbuka, menampakkan sosok yang sangatlah ingin ia hindari untuk saat ini.

"Wah, Nona Lupin, kebetulan sekali."

Mengambil tempat di samping Marian lalu ikut memencet tombol menuju lantai paling atas, Diluvian hanya tersenyum lebar hingga kedua matanya menyipit begitu menyadari bahwa Marian juga hendak pergi ke lantai yang sama. Marian yang sangatlah tidak menyukai kehadiran Diluv pun menyenderkan tubuhnya ke dinding lift. Sedangkan Diluv masih tersenyum sambil mengulum bibirnya dengan sepasang pupil yang melirik ke arah Marian di sebelahnya.

"Kau masih tidak mempercayaiku?" Diluv membuka pembicaraan setelah berdeham pelan. Marian hanya balas memberikan lirikan malas ke arah Diluvian.

"Kau pasti mengira bahwa kau akan dijodohkan dengan Dulce karena kalian sepantaran tapi itu sangatlah tidak mungkin, Nona Lupin. Ayahmu tak mungkin bodoh dalam bertindak, meski perjodohan itu terjadi karena perjanjian bisnis pun, ia takkan menyetujuinya jika itu Dulce, adikku si pembuat onar." Diluv kembali memulai percakapan sambil sesekali tersenyum dan terkekeh pelan. Marian memutar bola matanya malas.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang