[ Kaira ]
Gadis yang Dikutuk•••
Jika Kaira adalah bom, maka ia tengah menghitung mundur untuk meledak.
Kaira sudah mengurung diri di kabin selama hampir tiga hari dan hanya membuka pintu ketika ia ingin mencari makan. Ia tidak memakai layanan kamar karena itu akan mengusik ketenangan kabinnya. Tidak ada salahnya, tidak ada yang akan mencarinya. Kaira sendirian, Kaira menyedihkan. Setiap kali ia menekan itu di benaknya, semuanya terasa begitu pedih. Di kepalanya mulai terbentuk angin yang kian lama kian dingin, kumpulan awan sewarna merah juga abu-abu menyatu dan membuat pundak Kaira terasa seperti Atlas yang tengah menopang langit. Kilat membelah di antara awan-awan dan Kaira tahu badai itu datang lagi.
Padahal Kaira sudah menahannya tiga hari. Ia bertahan karena perjalanannya sudah setengah jalan dan ia tertahan di kapal ini. Kaira menelan keinginannya dan berharap memuntahkannya lagi ketika melihat Grey.
Grey memperhatikannya.
Tidak. Grey membuntutinya.
Tiga pagi berturut-turut ketika Kaira keluar dari kabin untuk mencari makan, Grey ada di antara pilar-pilar, tembok-tembok, tananam-tanaman---dengan mata yang berpura-pura tidak menatap Kaira. Itu menjengkelkan. Sekali ini saat Kaira selesai melengkapi rambutnya dengan bandana kuning cerah, sudah mandi dan wangi dan meskipun semuanya kacau, Kaira ingin penampilannya tetap sempurna. Sepatunya berkeletak pelan. Ia akan pergi ke restoran biasa dan memesan salad segar atau lasagna atau sup kentang. Bisa saja ketiganya, Kaira bisa menyimpannya untuk besok agar ia tidak perlu keluar-keluar lagi. Meskipun kepalanya memikirkan makanan apa yang akan dimakan, matanya tetap awas kalau-kalau mendapati Grey tengah mengintip di balik pilar atau lalu-lalang manusia.
Grey ada di sana.
Di dekat pintu masuk restoran seperti tengah menunggu kedatangan seseorang. Mata mereka bertemu dan sekali ini Grey tidak mengalihkan wajah, seakan ia memang sengaja ketahuan tengah menguntit Kaira dan berharap dimaki-maki. Kaira ingin mengabulkan tatapan Grey dan membentak-bentak lelaki itu tentang betapa menyebalkan, betapa tidak sopan, dan betapa Kaira tidak suka tindakan Grey. Tapi angin di kepalanya berdesing hebat begitu kuat. Rintik-rintik air imajiner mulai turun dan Kaira memutuskan untuk berlari kembali. Grey mungkin mengerutkan kening untuk memutuskan apakah ia akan mengejar Kaira atau mengabaikan saja, tapi Kaira tidak punya cukup waktu sebelum ia benar-benar meledak.
Kaira berhasil meraih pintu kabin dan membukanya. Sayang ia tidak dapat menutupnya dengan baik ketika sebuah tangan menahan.
"Hei?" Suara Grey. "Apa yang terjadi?"
"Kau menguntitku!" teriak Kaira, melakukan hal bodoh dengan berjalan mundur daripada mendorong Grey keluar kabinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Wiston The Seas
Romance(Romance-Action-Comedy-Drama) Perjalanan menggunakan Le Wiston the Seas akan membuatmu melupakan permasalahan hidup sejenak. Nama kapal yang begitu tersohor membuat semua orang mengagungkan pesiar milik keluarga Zigfrids sebagai kendaraan berkelas y...