Alyasa Angkasa - Alasan Untuk Bersama

73 16 0
                                    

[ Alyasa ]
Alasan Untuk Bersama

[ Alyasa ]Alasan Untuk Bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Kita tak pernah tahu isi kepala orang lain. Juga benar-benar mengenal berbagai sisi kehidupan mereka.

Orang-orang selalu berpikir bahwa kehidupan Alyasa dengan Marian adalah kehidupan tunggal. Bahwa satu mahluk sangat mengenal mahluk yang lain Tidak hanya Tuan James atau Ibunya saja. Bahkan Dulce Radolph sekalipun pernah beberapa kali menyogoknya untuk mendapatkan informasi lengkap tentang Sang Nona. Lebih buruknya lagi, Pemuda itu selalu terpaksa menjadi tumbal untuk menjinakkan tingkah Marian saat mulai aktif.

Namun, ketika Alyasa memikirkan Marian, yang ia ingat hanya tatapan dingin gadis itu setelah ibunya meninggal. Seolah sebagian besar hidup Marian ikut berhenti di momen itu, dan menjadi pemicu kepribadiannya di masa kini.

Saat Alyasa menatap wajahnya, pemuda itu seolah masih melihat Marian sepuluh tahun lalu saat mereka pertama kali berjumpa. Seorang gadis kecil yang menagis di acara pemakaman. Alyasa merasa tak bisa dengan pasti memahami betapa abstrak kepribadian Marian dalam kata-kata, karena yang ada dalam pikirannya hanyalah tatapan itu. Tatapan dingin atas getir kehidupan dengan Ayah yang menyebalkan juga keseharian yang memuakkan. Tanpa kasih Ibu.

Marian terlihat sempurna seperti gadis kecil kesepian yang terus mencari perhatian orang disekitarnya.

“Dia hanya tidak mampu bereskpresi, dan mengalirkan perasaanya dengan cara yang seharusnya.” Bisik Alyasa. Tatapannya mengarah pada langit malam yang terang dengan berpadu dengan lautan gelap. Fakta bahwa dia baru saja berdansa dengan Nonanya sendiri cukup membuat isi kepalanya buncah akan berbagai pertanyaan. Pertanyaan akan kehidupannya dengan Marian.

Kendati demikian, Alyasa menyadari bahwa kehidupannya sedari dulu memang selalu bertautan pada Marian. Keduanya tumbuh bersama, berbagi cerita di kala senggang –walau hanya dia yang berkisah, jatuh bangun membereskan masalah, menemaninya ke berbagai tempat, juga tumbuh dengan ibu asuh yang sama, yaitu Rani.

Rani memang segalanya untuk mereka. Bagi Marian, Rani adalah sosok pengganti ibu yang membesarkannya penuh kasih sayang. Tapi bagi Alyasa, sosok wanita tua itu lebih dari sekedar ibu. Dia malaikat.

***


Akan selalu ada satu momen dalam hidup ini yang walau sederhana, bisa merubah rangkaian benang takdir kehidupan.

Alyasa bertemu Rani enam belas tahun yang lalu. Pertemuan itu tidak terlalu menarik, hanya dibawah kolong jembatan saat puncak musim dingin. Namun bukan di pertemuan itu letak poin pentingnya, tapi apa yang terjadi setelahnya.

Saat itu, Alyasa bukanlah nama asli pemuda yang masih belia itu. Namanya dulu mungkin panjang –bisa jadi, dengan dua sampai tiga kata yang indah –semoga. Sejujurnya anak itu bahkan tak memiliki ide sama sekali bagaimana bunyi nama yang sebenarnya. Dia kehilangan sederet frasa itu semenjak ia banyak melupakan potongan hidup yang menyakitkan, menguburnya dalam-dalam, Ingatannya menjadi kabur. Bahkan dia tak bisa dengan jelas mengingat asal dan kedua orang tuanya.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang