De Denzel Miller - Antara Cinta dan Logika

117 18 1
                                    

[ Denzel ]
Antara Cinta dan Logika

[ Denzel ]Antara Cinta dan Logika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

“Tua bangka sialan!” Pete menendang kuat meja bundar kecil yang terletak di  antara sofa, meja yang terbalik itu seakan menjadi pemandangan yang lebih baik ketimbang harus menyaksikan amarah yang berkobar, mengkilat di kedua manik seseorang yang kerap disapa Mr. Black.

Jemarinya yang kokoh dengan cepat mengetik sederet angka di layar ponselnya, berniat menelpon seseorang. Matanya turut memperhatikan detail ruang kabin yang lebih seperti gudang daripada disebut tempat peristirahatan, jangan tanyakan betapa hancurnya kabin itu, dengan serpihan kaca di mana-mana, lukisan yang tergeletak di lantai, dan pintu brankas rahasia di balik rak anggur milik Denzel yang ia ketahui adalah tempat penyimpanan material asli itu. Telah terbuka.

“Sial! sial! sial!” Pete sangat gelisah, dan lagi, fakta bahwa pemilik kabin itu—Denzel. tidak ada di tempatnya, membuatnya semakin gelisah. Apalagi jika bukan karena ia telah tertangkap oleh si Biadab Zigfrids!

“Hei bodoh! Cepat bawa pemuda itu ke sini dalam keadaan hidup hidup! aku membutuhkannya sekarang.” Pete mengakhiri panggilan teleponnya, menghela napas dengan berat. “Aku tidak tahu lagi bagaimana nasib iblis jelek itu. Mungkin dia sudah diantar Zigfrids ke gerbang kematian.”

Selang beberapa lama, seorang pria dengan cepat dilemparkan dan tersungkur di bawah kaki Pete dengan posisi tangan terikat serta mulut tersumpal kain. Ia memberontak, menatap sekelilingnya dengan perasaan mencekam, terlebih melihat seseorang dengan aura kelam yang menjulang di atasnya. Tidak mungkin ia akan diperkosa, bukan?

“Ah, Tuan Arthur Zigfrids, aku benar hm?” Cengkraman kasar Pete di dagu Xianzi cukup untuk membuat adik angkat Elorra itu mendongak, terlihat jelas ia begitu ketakutan bahkan mungkin hampir mengencingi celananya sendiri. “Kau sangat berbeda dengan Kakakmu ya.”

“Tapi tidak apa-apa, itu yang akan membuatmu menjadi mudah untukku.” Pete menjauhkan tangannya dari Xianzi, justru membuka ikatan tali yang menjerat kuat pergelangan tangannya. “Ku dengar kau adalah seorang hacker, bukan?”

Napas Xianzi tercekat ketika ia baru saja melepaskan kain yang menyumpal mulutnya. “Aku memerlukan bantuanmu.”

“Untuk membobol markas-71.”

***

“Sial! Lalu bagaimana caranya aku bisa keluar dari sana, jika pintu markas hanya bisa terbuka 2 detik saja?!” Pete menodongkan pistol ke kepala Xianzi, geram. Mereka sekarang tengah berada di kamar Xianzi, menatap layar monitor yang memperlihatkan pergerakan di luar markas-71. “Kau sebenarnya bisa membantuku atau tidak?!”

“T-tunggu. A-ada sebuah pintu,” ucap Xianzi terbata, ia benar-benar tertekan sekarang. Seakan ia tak diberi ruang bahkan untuk sekedar menarik napas, ia bisa mati ketakutan di sini.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang