Kemala Sari - Elf and Werewolf

253 45 18
                                    

[ Mala ]
Elf and Werewolf

[ Mala ]Elf and Werewolf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Laut begitu menginspirasi, pikir Mala saat dia membiarkan pena di tangannya menggores lebih banyak coretan pada kertas yang bertumpu di pangkuannya. Angin mengacak rambut gelapnya yang tidak diikat menjadi kusut yang mengerikan tapi ibunya akan memperbaiki itu. Dia selalu menikmati saat ibunya mengurai kusut di rambut hitam tebalnya, menikmati cara jari dan sisir menekan kulit kepalanya saat ibunya bersenandung nada lembut di bawah napasnya. Jadi dia menambahkan beberapa lirik dan mencoret yang lain.

Nada rendah berserakan melalui bibir merah mudanya saat Mala melantunkan lirik yang telah dia tulis, menambahkan catatan not yang dia rasa tepat dan mendesah puas saat menemukan lirik lain yang akan tepat untuk melengkapi lagunya. Ayahnya sering mengatakan dia berbakat dan memuji bahwa lagunya datang dari surga. Mala tidak berpikir begitu, lagu-lagunya datang dari hal yang jauh lebih sederhana dari pada surga, itu datang dari hatinya. Saat dia menulis sebuah lirik bersama not, dia bisa merasakan terikan antara jiwa dan fisiknya. Mereka sinkron dan sempurna. Seperti napasnya yang tenang, dan detak jantungnya yang stabil. Dia bisa saja tenggelam ke dalamnya dan lupa untuk kembali.

"Teh untuk membuatmu hangat di pagi yang terlalu dingin?" Suara itu membuat Mala mendongak dari catatannya. Denting cangkir dan godaan uap hangat yang mengepul dari dua teh vanila yang dipegang di tangan ibunya tak tertahankan.

"Ahh ... itu tepat seperti apa yang aku butuhkan, Mama," ucap Mala, senyum melembutkan tepi bibirnya, dan dia meletakkan pena untuk mengambil cangkir yang ditawarkan ibunya.

Mereka mendentingkan cangkir mereka bersama seolah itu anggur, dan mengambil tegukan kecil sebelum mendesah bersama. "Astaga, ini liburan yang menyenangkan."

"Aku tidak akan menyangkalnya," ucap Mala setuju, saat memandangi wajah rapuh ibunya di bawah cahaya redup matahari fajar. Angin mengacak rambut hitamnya yang jauh lebih pendek dari milik Mala. Hidung lancip, tulang pipi tinggi dan alis yang tebal, membawa kesan aristokrat ke wajah itu. Beberapa orang berpikir Giarti Candra sebagai wanita kejam dan mendominasi. Itu mungkin benar, tapi dia jauh lebih lembut dari yang dipikirkan orang-orang.

"Jadi ... apa yang sedang kamu tulis sekarang?" Ibunya mengambil bangku pantai di sisinya. Ditata dekat dengan pagar yang mengarah ke laut lepas, mereka bisa melihat buih putih tertinggal di belakang Le Wiston the Seas. Angin cukup kencang tapi itu tidak mengganggu Mala.

"Sesuatu yang ganas dan baru." Ibunya merengut, mereka tahu obsesinya pada petualangan tidak pernah surut. Itu juga membuat mereka sedih sesering mereka bersyukur.

Menjadi putri satu-satunya dari Giarti Candra dan Cakra Bantala, tidaklah mudah, terutama saat kamu hanya memiliki satu lengan yang utuh. Di satu sisi mereka senang dengan pikiran Mala yang selalu ingin tahu dan bersemangat, tapi mereka juga khawatir jika dia mendorong terlalu keras. Itu bukan tanpa alasan, pasalnya Mala pernah terjun ke dalam kolam renang orang dewasa saat dia berusia tujuh tahun, hampir tenggelam, hanya untuk membuktikan pada anak laki-laki yang mengejeknya. Sikap sembrono yang dikombinasikan dengan fisiknya yang cacat, membuat Giarti dan Cakra cukup mengekang putri semata wayang mereka.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang