[ Denzel ]
Tabir Keji•••
“Apa maksudmu?” Setelah cukup puas berpaling dari lautan tak bernama, Denzel kembali memasuki kapal dan menyusuri anak-anak lorong dengan pintu kabin berderet di sepanjang jalannya. Ia masih setia menggenggam gelas koktailnya yang telah tandas setengah, pria itu berjalan beriringan dengan langkah ringan bersama seorang pria paruh baya di sampingnya.
“Ya, Mr. Miller. Gadis itu ada di sini, dia mengikuti Anda sejak awal,” ujar pria paruh baya itu, irisnya yang senja menatap Denzel yang memijat pelipisnya setelah selesai mendengar penuturannya.
“Terus awasi pergerakannya, jangan sampai dia membuat kekacauan.” Lantas, pria itu mengangguk. Menyanggupi perintah bosnya dengan hormat.
Dari arah yang berlawanan, laju langkah kaki seorang gadis muda nampak bertempo, terkadang sedikit berantakan dengan frekuensi yang terbilang cukup cepat untuk tubuhnya. Ia tersenyum riang menggenggam secarik kertas putih di bawah matanya, tak mau melepas pandangannya sedikit pun dari putihnya yang menyucikan.
Sulur-sulur rambut bergelombang sehitam tintanya terurai begitu saja, kala ia di tarik melayang lepas oleh angin yang bertabrakan dengan arahnya berlari. Gerakan polosnya begitu murni, tanpa desas-desus akan noda hitam di paras wajah serta hatinya. Ia terlihat bercahaya dengan kaus lengan panjang berwarna hijau lemon yang membalut tubuhnya, menjadi kesan manis tersendiri meski lengan kiri kaus itu nampak melayang-layang kosong. Semua warna indah seakan melingkupi auranya pada setiap derap langkah yang ia hentakkan sedikit tergesa.
“Soal kejadian kemarin ap—“
Bruuk!
“Mr. Miller!” Cairan pahit itu dengan cepat membasahi kemeja putih polos Denzel, setelah cukup keras ditubruk tanpa kata oleh seseorang yang bahkan mengenalnya pun tidak.
“Uggh ... oh, tidak! kertasku.“ Ringisan kecil lolos dari bibir gadis itu setelah cukup kuat pantatnya terhempas menindih ubin. Tumpahan koktail itu mengedutkan kening Denzel kesal, ia menatap tajam pada gadis dengan wajah asing itu terduduk tepat di bawah matanya sembari berusaha mengusap-usap kertasnya.
Denzel lantas menyerahkan gelas yang telah kosong itu kepada pria paruh baya di sampingnya, menipiskan bibir. Pria itu berjongkok, menyetarakan posisinya dengan gadis itu.
“Bagus sekali ... seseorang dengan tidak tahu malunya menabrakku.” Sorotnya memicing keji,gadis itu tertegun menghentikan pergerakannya sejenak setelah Denzelmengangkat dagu sang gadis yang lembut. Membuat tatapan keduanya tertaut sejenak meski dengan sirat yang jauh berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Wiston The Seas
Romance(Romance-Action-Comedy-Drama) Perjalanan menggunakan Le Wiston the Seas akan membuatmu melupakan permasalahan hidup sejenak. Nama kapal yang begitu tersohor membuat semua orang mengagungkan pesiar milik keluarga Zigfrids sebagai kendaraan berkelas y...