[ Ryana ]
The Empty Exhibition"Nona Afoste, apa anda yakin saya bisa meninggalkan anda sendirian?"
"Oh, Tuan Jonas, anda masih belum pergi? Bukankah 10 menit lagi kapal sudah sampai ke pelabuhan?"
Ryana berdiri dari kursinya. Saat itu, dia berada di ruang pribadinya yang terletak di gedung pameran. Ah benar, hari itu adalah hari kepulangan para pekerja pameran setelah mereka selesai melakukan penataan untuk pameran terbuka. Namun anehnya, pintu ruangannya terketuk dan sekarang di depannya tengah berdiri seorang pria berumur 60-an berpakaian rapi dengan wajah begitu familiar.
"Saya hanya khawatir. Saya ragu apa saya bisa meninggalkan anda sendirian."
Jonas Schmitt, seorang pengelola pameran. Dia adalah kenalan Aldarich Afoste, Ayah Ryana. Dia adalah orang yang pertama kali dikenalkan pada Ryana sebelum dia melakukan debutnya sebagai pelukis bermarga Afoste. Tentu saja, sama seperti Aldarich yang sukses, Jonas adalah tokoh yang luar biasa. Kini orang hebat itu tengah menatap Ryana dengan tatapan khawatir, seperti layaknya seorang kakek pada cucunya. Ironis, mungkin hanya pria tua itu yang merasakan kedekatan, sementara Ryana hanya menganggapnya sebagai senior dalam dunia kesenian.
"Apa maksud anda?" Ryana mengangkat alisnya, "Tugas anda memang sudah selesai, kan? Tugas anda tiga, mengurus pameran ekslusif hari pertama, pameran untuk orang kabin satu, dan pameran terbuka. Bukankah sudah selesai? Anda seakan-akan sedang meninggalkan beban yang berat bagi saya, padahal hanya tinggal pameran hari terakhir saja yang perlu saya urus."
Ryana menatap orang itu lama dengan tatapan tanda tanya. Jonas tidak bisa berkutik setelah dia langsung disambut bertubi-tubi penjelasan yang logis. Itu adalah percakapan yang terakhir sebelum pria tua itu menyerah dan pergi.
**
"Saya gagal."
Ryana mengingat betul wajah kecewa dari sosok perempuan itu. Mata violet yang kian redup sekian detiknya. Mata violet yang pada perlahan tampak putus asa.
"Tidak apa-apa. Ryana sudah berusaha dengan baik."
Itu adalah kalimat singkat yang diucapkan Elorra, berusaha menyakinkannya bahwa itu bukanlah salahnya.
Tapi, kenapa Ryana merasakan hatinya malah tidak tenang setelah mendengarkan itu?
**
Ryana mengepalkan tangannya.
Hari itu pagi pagi sekali, dia telah bangun.
3 hari sebelum bom meledak.
Hari ini adalah pertemuannya dengan seseorang. Opsi terakhirnya, mencari jalan keluar.
Bukan tanpa alasan Ryana tidak bertindak selama ini, meski dia tahu bahwa rencana pelenyapan itu diketahui seseorang.
Ada tiga pertimbangan yang Ryana pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Wiston The Seas
Romance(Romance-Action-Comedy-Drama) Perjalanan menggunakan Le Wiston the Seas akan membuatmu melupakan permasalahan hidup sejenak. Nama kapal yang begitu tersohor membuat semua orang mengagungkan pesiar milik keluarga Zigfrids sebagai kendaraan berkelas y...