[ Denzel ]
Pencuri dan Penipu•••
“Ah, sial.” Jubah sekelam malam, syal dengan warna yang lebih mencolok dari pupilnya dan sebuah umpatan kecil ketika pria berambut kayu itu merengangkan tangannya. Sorot rembulan mengawasi kerlingan nakal di mata sang pria yang berhasil naik ke atas balkon seseorang.
Ia tak pernah melupakan sebuah topeng yang melekat di wajahnya. “Sudah lama tidak memanjat seperti ini, hmm ... mari kita lihat, sedang apa Nona Elorra saat ini. Memikirkanku heh?” Denzel, menggeleng pelan sembari menertawakan isi kepalanya, jemari panjangnya itu terlihat mengacak helaian rambutnya.
“Pintu yang terbuka ya ... jelas saja mengundang tamu masuk secara percuma. Namun, jangan pikir aku akan sebodoh itu,” ucap Denzel, pintu balkon kamar Elorraine Zigfrids terbuka lebar. Ibarat pintu neraka yang mengundang Denzel masuk dan menderita di dalamnya.
Melempar setangkai bunga mawar yang ia ambil dari saku di dalam jubahnya, bunga itu tergeletak tepat di lantai masuk pintu balkon menuju kamar Elorra—sebuah umpan. Lantas, sederet besi panjang nan tajam menyerupai tombak melesat keluar dari sisi kanan dan kiri pintu balkon. Mengundang kekehan kembali menguasai mulut Denzel. “Manis, sangat manis. Penyambutan yang membuat air mataku keluar.” Menyeka cairan di sudut matanya, biarkan dia tertawa malam ini.
Pria itu mendekat, berniat menyentuh deretan besi itu sebelum mereka tertarik masuk kembali. “Persiapan yang bagus Elorra, tapi sayangnya aku tidak akan terjebak lagi,” ujar Denzel menunduk, mengambil tangkai mawar itu dan melangkah masuk. Segera, aroma lembut menyambutnya, kabin Elorra terlihat klasik, ruangannya tidak terang. Lebih ke temaram layaknya pencahayaan lilin, menenangkan.
Mengedarkan netranya, namun tak ia temui tanda kehadiran wanita berdarah Rusia itu di sini. Sangat tidak terduga. “Lalu kemana wanita itu tengah malam seperti ini? Berkencan dengan seorang pria heh?”
Denzel menuju nakas kayu minimalis di samping tempat tidur Elorra, meletakkan bunga itu di sana dan tersenyum kecil. “Kau tahu? Aku hampir saja melupakan tujuan awalku, Elie. Dan itu karenamu.”
“Baiklah, sekarang di mana aku harus mencari benda itu?” tanya Denzel, yang lagi-lagi berbicara entah pada siapa. Keheningan malam kah? Sungguh, pria madu itu lebih senang menguliti kulit daging seseorang. Dibanding mencari sesuatu yang bahkan bentuknya saja tidak pernah ia lihat. Ia bisa saja mengutus bawahannya untuk ini, tapi resiko mereka tertangkap sangat besar. Dan tentu akan merepotkan nantinya.
“Di mana benda itu ... Master?”
“Ada di langit, lebih luas dari bumi, dan hal yang hilang.”
Memutar mata malas mengingat percakapannya dengan Sang Master beberapa lalu dari telepon, pria tua itu tidak ingin mengatakan intinya saja. Ia berharap Denzel memerah otaknya untuk memikirkan tiga kunci itu, pola pikirnya sangat sulit diterka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Wiston The Seas
Romance(Romance-Action-Comedy-Drama) Perjalanan menggunakan Le Wiston the Seas akan membuatmu melupakan permasalahan hidup sejenak. Nama kapal yang begitu tersohor membuat semua orang mengagungkan pesiar milik keluarga Zigfrids sebagai kendaraan berkelas y...