[ Ryana ]
Recovery•••
“Nona, saatnya mengganti perban.” Pintu terbuka setelah pemilik ruangan menginstruksikan untuk masuk. Pelayan langsung disambut pemandangan sosok perempuan muda yang sedang melukis di kanvas besarnya. Ruangan yang berantakan dan penuh cat warna di sepanjang lantai putih. Cahaya lampu sudah terang meski sepagi ini seakan sang pemilik ruangan memang tidak pernah tidur sejak awal. Baju putih tanpa lengan dengan celana pendek denim, dan di luar terbalut sebuah cardigan tipis berwarna biru.
Hampir semua pakaiannya terkena cipratan warna, termasuk perban di kedua tangannya, sementara beberapa kuas di sebuah toples kayu berjatuhan di lantai. Yang jelas, perempuan itu sama sekali tidak terlihat seperti seseorang yang telah mandi.
“Sudah waktunya?” Ryana menghentikan apa yang dia lakukan, menoleh pada jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, lantas bangkit dari kursi kayunya. Waktu berlalu begitu cepat, dia pikir baru beberapa saat lalu pukul sepuluh malam. Membuka jendela, dia melihat langit tak lagi hitam, melainkan biru gelap karena ada mendung yang menutupi. Pantas saja dia tidak sadar hari sudah berganti hari sejak beberapa jam yang lalu.
“Ah, aku ingin mandi dulu, dan bisakan sekalian anda menguncir rambut saya nanti?”
“Baik. Saya juga akan panggilkan tim pembersih untuk merapikan ruangan anda.”
“Terima kasih. Bilang pada mereka, jangan buang apapun, hanya bersihkan cat di lantai. Saya akan membuangnya sendiri jika merasa ada hal tidak berguna.”
Ryana Afoste melangkah kembali dengan kaki telanjang. Menapaki cat warna yang beberapa sudah mengering. Dia sedikit lega bahwa pelayan itu tidak membicarakan kekacauan yang ia buat. Jika saja pelayan itu datang tanpa mengetuk pintu, mungkin dia akan melihat secara langsung seberapa putus-asanya Ryana menggunakan tangannya yang terluka.
•••
“Nona, anda harus berhati-hati saat melukis untuk sementara waktu. Perban anda akan mengenai cat semua.” Ryana tidak menyangka, kalimat itulah yang pertama kali dia dengar dari bibir pelayan itu setelah mandi.
Pelayan itu membuka suara lagi, “Nona Elorra sangat mengkhawatirkan anda sampai menunjuk langsung seseorang untuk merawat anda sampai sembuh.”
“Baiklah.” Jika disangkut-pautkan dengan Elorra, Ryana Afoste sama sekali tidak mempunyai pilihan selain mengangguk.
Pelayan itu tersenyum, dengan pelan melepas perban yang membalut tangan Ryana. Ryana sama sekali tidak mengerti. Seperti kemarin lusa, kemarin, atau hari ini, atau yang pasti bukan pertama kalinya pelayan itu melihat perbannya penuh warna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Wiston The Seas
Romance(Romance-Action-Comedy-Drama) Perjalanan menggunakan Le Wiston the Seas akan membuatmu melupakan permasalahan hidup sejenak. Nama kapal yang begitu tersohor membuat semua orang mengagungkan pesiar milik keluarga Zigfrids sebagai kendaraan berkelas y...