Alyasa Angkasa - Rendezvouz Terakhir II

31 6 1
                                    

[ Alyasa ]

Rendezvouz Terakhir II

"Hei, bertahanlah, Alyasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, bertahanlah, Alyasa." Diluvian terlihat kepayahan saat membopong tubuh besar pengawal Marian di tengah kerumuman banyak orang. Kondisinya sungguh buruk sekali, "Sebentar lagi kita akan selamat!"

Alyasa dengan tubuh yang babak belur hanya diam menatap helikopter evakuasi yang dituju oleh mereka. Suasana helipad benar-benar kacau balau. Banyak orang yang berebut menyelamatkan diri, saling tumpang tindih menyerobot naik. Tak sedikit pula yang saling pukul demi menyambungkan nyawa mereka agar tetap hidup. Beberapa di antara mereka terisak, terutama para wanita. Sebagian besar dari mereka mengangkat tangan, menangkupkan jemari dan memohon pertolongan atas kuasa langit.

Dari kejauhan, dia mendengar suara panggilan evakuasi yang dilakukan secara mencolok oleh wajah-wajah yang ia kenali di antara kerumunan. Pandangan Alyasa mendapati sosok Ryana yang nyaris menangis, bersama rekanan mungilnya dan sosok gadis berwajah anggun yang tak lain ialah Nona Ellora.

Suara dentuman dari lambung kapal kembali memecah fokusnya.

Gelap. Wajah Alyasa mengadah demi mendapati gelapnya langit malam tanpa seberkas gemerlap rembulan dan bintang. Hanya ada gulungan awan-awan gelap bercampur kepulan asap yang enggan beranjak. Seakan alam pun tahu bagaimana harus memperlakukan keadaan sesuai tempatnya. Kegelapan abadi, gerbang kematian massal.

Sorot mata Alyasa tertuju ke depan sana. Beberapa meter menuju helikopter milik Keluarga Radolph, ia menemukan seseorang yang ia cari-cari sedari tadi. Gadis berambut pendek yang selama ini selalu ia jaga seperti adik sendiri. Sosok menyebalkan, keras kepala tapi tak kunjung jujur pada perasaanya sendiri. Seorang gadis kecil dengan torehan luka dan berusaha menyembuhkannya dengan kebebasan mutlak.

"Nona Marian harus selamat." Batinnya. "Beserta orang-orang ini juga."

"Pergilah duluan, Diluv." Tangan Alyasa dengan kasar mendorong tubuh Diluvian menjauh darinya. Walau dengan kaki gemetar, ia masih berusaha berdiri, "Saya hanya akan menghambatmu. Jika tidak salah menerka, kapal ini akan segera karam. Pergilah duluan dan utamakan keselamatan Nona terlebih dahulu!"

Raut wajah tunangan nonanya itu menunjukkan kebingungan. Tak paham maksudnya.

"Hei, bukankah ini yang anda inginkan? Berharap diri saya menghilang agar bisa bersikap keren di hadapan Nona?" Alyasa menyeringai, berusaha bergurau.

Diluvian menepuk dahi, berseru tidak percaya, "Kau itu kesayangannya, bodoh! Kalau kau mati karena aku meninggalkanmu, dia akan membenciku seumur hidupya."

Alyasa terdiam, berganti menoleh ke arah pintu helikopter. Netranya mendapati Marian dengan wajah seperti ingin menangis di dalamnya. Ketika kedua pandangan mereka saling mengunci, Alyasa mengulas senyum lebar dan melambaikan tangan. Seolah mengatakan ia akan baik-baik saja.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang