Mo Xianzi - Figurinha

70 16 1
                                    

[ Xianzi ]
Figurinha

[ Xianzi ]Figurinha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Bangsat! peluru ku habis. Aku minta pelurunya dong!"

"Zona nya semakin mengecil. Jangan pergi ke sana! Kau mau bunuh diri ya!"

"Diam babi hutan!, aku seperti melihat pergerakan musuh."

Dorr! Dorr! Dorr!

"Yes! Winner-winner Chiken dinner!"

"Good job, bro."

"Xian, on mic lah. Dari tadi sepi sekali."

"Eh iya, maaf-maaf" anak angkat Tuan Zigfrids itu buru-buru menyalakan mikrofon ponselnya yang terhubung dengan sebuah aplikasi dengan inisial D.

"Biasanya kalau kamu diajak main P**G yang ramai sendiri kamu. Tumben sepi banget--," salah satu temannya menyahut sapaan Xian.

"Oh iya, dia kan lagi liburan," temannya yang lain seakan mengingatkan teman yang satunya.

Memang benar sekali apa yang dikatakan kedua teman Xianzi di atas. Permainan game online merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kesuntukan. Biasanya ia bersama 4 temannya yang merupakan teman SMA nya dulu main bersama di waktu-waktu tertentu. Tak jarang mereka bermain hingga larut malam sehingga Elorra harus berkali-kali mengingatkan adik angkatnya untuk kembali belajar mempersiapkan ujian nya.

Tapi syukurlah, semua ujian sudah terlewati dengan baik. Anak laki-laki itu berhasil memasuki salah satu universitas ternama yang ada di Rusia. Jurusan yang ia masuki tak jauh dari yang namanya gadget. Sudah menjadi passionnya untuk mengutak-atik benda itu.

Kendati demikian, ia ingin merelaksasikan pikirannya sejenak. Selama setidaknya sebulan ia ingin mendinginkan otaknya dari kicauan toxic teman-teman masa SMA nya itu. Tetapi apa daya, pagi itu mereka berempat memaksa Xian untuk membuka aplikasi permainan battle royal yang tengah populer itu.

"Enak sekali ya, berada di keluarga kaya. Kalau ada waktu liburan bisa pergi mengelilingi dunia. Aku di sini paling jauh cuma pergi ke rumah nenek di desa," kata salah satu teman Xian dengan nada yang sedikit memelas, keluar dari speaker ponsel pintar.

"Kamu masih enak! Aku di sini malah disuruh bersih-bersih rumah," timpal temannya yang lain seakan membandingkan nasibnya.

"Xian, bisa tidak sih, kita bertukar nasib?" sahut teman yang lainnya lagi.

Xian yang terduduk di atas kasurnya hanya bisa senyum-senyum sendiri mendengar perkataan teman-temannya. Bisa dibilang, mereka itu adalah mood maker kedua, selain kakak angkatnya sendiri.

Menjadi kaya memang impian semua orang. Tetapi, di balik itu semua terdapat banyak kenyataan pahit yang harus ia rasakan. Apabila bisa, ia mungkin bersedia bertukar nasib dengan salah satu temannya tadi. Masih memiliki keluarga yang utuh dan hidup bahagia tanpa harus memikirkan tentang pertumpahan darah.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang