Kemala Sari - Sisi Buruk

121 22 3
                                    

[ Mala ]
Sisi Buruk

[ Mala ]Sisi Buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Potongan asparagus di piring Mala berubah menjadi dingin saat dia hanya memainkannya dengan pisau. Rasa dari saus pedas manis yang semula meleleh di atas tenderloin panggang masih tersisa di lidahnya. Dia menjilat bibirnya, meraih segelas OJ untuk minum seteguk sebelum menyodok asparagusnya lagi.

"Benci asparagus?" Mala melirik ayahnya sebelum tersenyum saat melihat potongan asparagus yang juga terbuang di piring ayahnya.

"Sangat membenci mereka," jawab Mala, ayahnya terkekeh menarik perhatian istrinya yang semula terlibat percakapan dengan klien mereka.

"Sayur bagus untuk kalian berdua," ucap Giarti, memberi mereka tatapan tidak setuju, "habiskan makananmu Mala."

"Itu sudah menjadi dingin," jawab Mala.

"Hanya karena kamu tidak memakannya saat masih panas," balas ibunya.

Mala tidak ingat berapa kali dia terlibat argumen semacam ini dengan ibunya, tapi hasilnya selalu sama. Dia tidak makan asparagus. Dia tidak membenci sayur itu secara khusus, hanya saja dia lebih suka daging.

"Biarkan saja Nyonya Giarti, dia hanya anak-anak. Anak-anak suka daging, bukan begitu manis?" ucap klien ibunya ramah. Terlalu ramah pikir Mala, saat pria itu tidak juga mengalihkan pandangan darinya.

"Benar Tuan Fitzgerald." Mala meletakkan pisaunya, merasa gelisah tanpa alasan.

"Ingin kembali ke kabin?" tanya ayahnya. Kernyitan mambuat kerutan ganda di dahinya saat dia menatap putrinya dengan khawatir. Tangannya terulur untuk meremas lutut Mala dengan meyakinkan seolah dia ingin menyalurkan ketenangan padanya.

"Tidak apa-apa, Papa." Mala tidak terkejut jika ayahnya dapat membaca suasana hatinya yang buruk. Dia tidak ingin menjadi masam tapi pertemuan terakhirnya dengan Don menjadi sedikit di luar kendali.

Dia telah menyelinap setiap malam dari kabinnya belakangan ini, hanya untuk mencari udara segar di malam hari saat dia tidak bisa memaksa matanya tertutup. Atau begitulah Mala membuat alasan untuk dirinya sendiri. Tentunya dia tidak keluar dan menyelinap ke dek untuk bertema Don, tentunya dia tidak ingin bertemu anak laki-laki pahit yang suka merenung. Dia di sana bukan untuk bertemu Don, sama seperti Donovan yang tidak ada di sana untuk bertemu Mala. Mereka hanya kebetulan bertemu saat sama-sama mencari udara segar. Hanya saja itu kebetulan yang terjadi setiap malam.

"Sungguh?" tanya ayahnya sekali lagi, Mala mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum kecil.

Mala tidak ingin membuat ayahnya khawatir, karena jika ada orang yang bisa membaca Mala seperti buku, itu adalah dia. Mereka telah menghabiskan banyak waktu bersama dan Mala telah menceritakan semua ketakutan dan rasa tidak aman yang pernah mengganggunya. Baginya ayahnya seperti baju besi yang melindunginya sementara ibunya adalah tongkat penyangga. Mereka membuat Mala kuat, tapi itu dulu. Sekarang Mala tidak butuh baju besi atau tongkat penyangga. Dia tidak takut dengan dunia karena dia telah melihat semua dengan apa adanya. Orang lemah atau kuat karena pilihan, dan Mala menolak menjadi lemah dan patah.

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang