Kaira Amanda - Gadis Dengan Badai

143 32 15
                                    

[ Kaira ]
Gadis Dengan Badai

[ Kaira ]Gadis Dengan Badai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Seperti kapal yang terombang-ambing di tengah badai. Sendirian; membawa beribu macam rupa; dilingkupi petir, hujan dan angin kencang; Kaira Amanda membawa dirinya menjadi salah satu penumpang kapal yang berlayar di bawah langit biru--sama sekali tanpa badai.

Surainya yang dicepol menyisakan anak-anak rambut yang menetap di tengkuk. Rok midi yang ia gunakan bergoyang-goyang saat berjalan. Suara langkahnya mengikuti dengan tenang, mengisi lorong di antara jajaran kabin kelas satu dengan suara tap tap. Nadanya seirama, berbeda dengan badai yang tengah terjadi di kepalanya.

Suara tawa. Perbincangan hangat. Wajah jenaka. Kernyitan di dahi. Nada curiga.

Tidak! Batin Kaira menolak satu kenangan. Langkahnya semakin cepat saat ingatan-ingatan itu mengejarnya buru-buru. Tidak boleh saat keputusannya menaiki kapal ini untuk berlibur harus dibayangi hari-hari buruk. Tidak boleh meski usahanya menjadi penumpang kapal ini tidaklah rumit. Meminta izin dari Papa dan Mama adalah hal termudah setelah uang. Mereka berdua tidak pernah repot-repot berusaha peduli semenjak Kaira beranjak remaja. Menjadi bungsu dari empat bersaudara, yang semua saudara-saudaranya telah mencapai kesuksesan, menjadikan Kaira perlahan-lahan kehilangan perhatian. Apa yang diharapkan orang tua dari Kaira saat kakak-kakaknya sudah lebih dulu memberikannya?

"Ma, perkuliahan sudah libur, aku mau pergi jalan-jalan. Boleh?" Satu suara masuk saat Kaira membuka pintu kabin, suaranya sendiri. Lebih dari sekadar 'jalan-jalan', Kaira punya alasan lain.

"Liburan ke mana? Nanti Mama kasih tahu Papa, uangnya akan ditransfer, kalau mau nambah minta sama kakakmu." Suara Mama mengikuti, pintu kabin terkunci. Sunyi, Kaira tidak membutuhkan apa-apa selain dirinya sendiri. Kaira tahu itu. Maka saat suara Mama melanjutkan tanpa berusaha menunggu jawaban Kaira tentang ke mana ia pergi, atau berusaha memahami mata cokelatnya yang kala itu berselimut kelabu, Kaira menolak. Tidak perlu teman, pengawal, atau apa pun yang akan membatasi gerak-geriknya. Selama tidak ada dia, di sini Kaira aman.

Bentakan. Hentakan. Tawa mengerikan. Tuntutan. Tamparan keras.

Dunia tiba-tiba berputar di situ-situ saja. Lelaki yang kasar. Begitu Kaira mengingatnya. Tidak tahu dimulai sejak kapan karena pada awalnya Evan adalah lelaki yang selalu menunjukan perlakuan manis. Dunia Kaira diselimuti awan sewarna merah muda kala itu, angin-angin bertiup lembut menerbangkan rambut sepundaknya, bunga bermekaran indah, kupu-kupu berterbangan. Lalu, sebab satu pesan masuk dari teman kampusnya yang seorang laki-laki, dunia Kaira untuk Evan berubah.

Setiap kali ada yang mengusik kecemburuannya. Evan menjadi sangat pemarah. Wajahnya menjadi sekeras batu. Tatapan tak lagi teduh. Setiap pertemuannya dengan Evan selalu diawali dengan pertanyaan penuh kukungan. Evan membatasi gerak-geriknya. Evan mencari tahu siapa saja orang-orang yang berhubungan dengannya. 

Le Wiston The SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang