Ra-On bersumpah akan membunuh laki-laki yang sudah melukai harga dirinya sebagai penyanyi itu, dengan tangannya sendiri.
Laki-laki dingin bermarga Choi yang selalu membuat kepala gadis itu mendidih.
Semua semakin buruk saat dua orang ini diharuskan...
Alisku naik satu begitu membaca berita di media online pagi ini setelah semua kehebohan konser semalam. Menarik nafas panjang sebelum akhirnya menutup halaman yang memuat berita itu di ponselku.
Fotoku dengan Chanyeol oppa menghiasi hampir semua berita disertai dengan judul yang semakin menarik untuk dibaca. Wuah .. Makin terkenal saja aku. Hah ...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sepertinya akan sedikit ribut hari ini," ujarku sambil menutup mata.
"Baik?" tanya Kwan dari balik kemudi. Melirikku sekilas dari kaca tengah, lalu kembali fokus ke jalanan yang ada di depannya.
"Tentu saja. Aku hanya perlu istirahat yang banyak."
"Kau sudah sangat ahli sekarang."
Senyumku mengembang mendengar ucapannya. Aku membuka mata lalu meregangkan tangan yang terasa kaku pagi ini. Sedikit pemanasan untuk persiapan perang.
"Bisa apa memangnya aku? Bicara sampai berbusa sekalipun, tidak akan ada yang mau mendengarkan. Apa lagi fans fanatic yang menganut bias is mine. Aku hanya batu kerikil yang akan mereka singkirkan begitu saja meski aku tidak melakukan apa pun karena mereka merasa aku menganggu idolanya."
"Mau mengadakan konferensi pers?" saran Kwan.
"Untuk? Jangan berlebihan. Aku akan melakukan konferensi pers saat mengumumkan hubunganku dengan seseorang di masa depan nanti. Impianku, menghadapi semuanya dengan berani. Keren kan?"
"Gila lebih tepatnya."
Kwan menggelengkan kepalanya menanggapi mimpi bodohku itu. Rasanya memang belum ada idol yang terang-terangan seperti yang kukatakan tadi. Jadi yang pertama ... Bagaimana rasanya ya? Mungkin dihajar habis-habisan oleh media dan semua orang. Belum lagi agensi yang akan kebakaran jenggot karena hal itu. Lucu sepertinya.
"Sampai," kata Kwan sesaat setelah mesin mobil berhenti di depan rumah orang tuaku.
Gyuri tampak langsung meminta turun dari gendongan appanya saat melihatku membuka pintu mobil. Dengan tangan mungilnya dia menarikku agar segera turun dan ikut dengannya masuk ke dalam rumah.