"Kenapa ada dia di sini?" bisikku pada Kwan. Dia bukannya menjawab tapi malah meringis sambil mengaduh. Ah, lupa. Aku mencubit pinggangnya gemas sekarang.
"Aku belum bilang ya kalau pasanganmu hari ini adalah Choi Yoongi?"
"Apa itu? Kenapa aku baru mendengarnya sekarang?" tanyaku dengan mata membulat padanya.
Kwan hanya bisa cengengesan memamerkan deretan gigi putihnya padaku dengan kaki mundur beberapa langkah, menghindar sebelum aku mencekiknya.
"Aku menawarkan kau untuk memilih."
"Pilih apa?" tanyanya.
"Pilihlah kau ingin pemakaman yang seperti apa. Akan kukabulkan sekarang juga."
"Nanti saja kalau mau membunuhku. Sekarang kau mau bagaimana?" Aku menghela nafas panjang dan berat.
Aku benar-benar akan mengutuk Kwan jadi mesin cuci agar lebih berguna daripada terus membuat hidupku susah. Sial.
"Selamat pagi, soenbae-nim. Mohon bantuannya untuk hari ini," kataku terpaksa pada laki-laki yang menutup matanya rapat ini.
Mau tidak mau ini adalah tata krama kerja yang tidak bisa seenaknya kulupakan. Mengumpulkan niat untuk melakukannya saja sudah sama sulitnya seperti mengaduk semen pakai tangan. Berat.
Sialnya dia tetap diam tak menanggapi salamku. Aku mengalihkan pandangan ke seorang staff wanita yang sedang menata rambut Yoongi.
"Tidur?" tanyaku pelan padanya. Si penata rambut menggeleng lalu menaikkan bahunya, tanda tak tahu.
"Kau juga harus segera bersiap," kata Kwan menjemputku untuk ikut dengannya.
Pokoknya aku sudah menyapanya. Gugur kewajiban lho ya.
Aku lalu mengambil tempat duduk dengan posisi kami saling membelakangi. Ini adalah hal yang tidak ingin kulakukan tapi mataku yang menatap cermin malah memperhatikan punggungnya yang terpantul di sana.
"Aku tidak suka punggungnya," gumamku.
"Apa?" tanya Kwan yang mendengar sekilas.
"Tidak ada. Hari ini ada berapa sesi pemotretan?"
"Tiga. Kau bisa melakukannya kan?"
"Kau baru bertanya sekarang?"
"Aku minta maaf soal itu. Kupikir kau akan baik-baik saja karena bilang tidak sedang bertengkar atau semacamnya dengan Choi Yoongi."
"Setahuku memang tidak. Entah kalau dia yang merasa sebaliknya."
Kwan tidak jadi membuka mulutnya saat fotografer beserta perwakilan dari pihak majalah datang.
"Kwon Ra-On ssi, senang bertemu denganmu. Mari bekerja dengan baik hari ini," kata pihak majalah sambil menepuk punggung tanganku yang sedang dia pegang.
Aku hanya bisa tersenyum sewajarnya pada harapan tak pasti itu. Tak pasti bagaimana hasilnya karena pasanganku adalah dia.
"Yoongi-ya," panggil fotografer pada gunung es yang masih duduk di tempatnya dan tidak peduli pada sekitarnya. Tentu saja tidak ada tanggapan darinya.
Di telinganya ada earbuds yang kuyakin tadi tidak ada. Dia sedang mendengarkan lagu atau hanya sebagai kamuflase agar tidak diajak bicara?
"Yoongi-ssi sedang dalam mood yang jelek?"
"Aku yang meminta dia melakukan pemotretan ini dengan sedikit memaksa. Mungkin karena itu dia sedikit merasa kesal. Jangan khawatir, dia seorang yang profesional," jawab fotografer pada pihak majalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tangled Red String (Complete)
FanficRa-On bersumpah akan membunuh laki-laki yang sudah melukai harga dirinya sebagai penyanyi itu, dengan tangannya sendiri. Laki-laki dingin bermarga Choi yang selalu membuat kepala gadis itu mendidih. Semua semakin buruk saat dua orang ini diharuskan...