Bisa kau bayangkan kalau dua ekor kucing yang sedang berebut wilayah bertarung? Saling cakar dan mengeong keras. Mungkin seperti itulah keadaan saat ini.
Aku dan dia awalnya bertarung agar bisa saling menghindar, kini malah berebut untuk saling membayar denda pembatalan kerja sama.
"Bukankah niat kita sama? Kenapa tidak serahkan masalah pembayar denda ini pada juniormu ini saja soenbae-nim?" kataku dengan nada semanis mungkin.
"Aku tidak suka wanita yang melakukannya."
"Aku juga tidak bisa membiarkan seniorku yang terhormat sepertimu melakukannya," kataku kekeh tak mau mengalah.
Dia memandangku. Sorot mata dingin nan keras itu mengarah tepat ke manik mataku. Sedangkan aku tidak mundur sama sekali dan balik memandangnya.
Rasanya seperti ada kilatan yang keluar dari mata kami. Dan suasana sekitar terasa mendingin berkat kelakuanku dan dia.
"Kalian berdua ... Berhentilah," kata sebuah suara memecah keheningan.
Aku dan seniorku yang terhormat ini beralih memandang ke arah dua orang laki-laki yang duduk bersama kami.
Mereka terlihat berantakan dari kami yang sedang bertarung, terlihat dari kancing kemeja yang mereka lepas bagian atasnya serta rambut yang berantakan karena mereka jambak sendiri setelah mendengar ocehanku dan Choi Yoongi ini selama tiga puluh menit lamanya.
Dua orang CEO kami ini akhirnya sampai turun tangan untuk mengatasi masalah anak asuhnya setelah mendapat laporan bagaimana kami akan mengacaukan kerja sama yang terjalin.
Mereka menampilkan raut wajah yang sama. Lelah dengan semua kekeras kepalaan aku dan Yoongi.
"Kalian berebut untuk membayar denda karena takut efek domino?" tebak CEO-ku. Tidak satu pun dari kami berdua yang menjawab. Tapi sudah dipastikan 'iya' jawaban dari pertanyaan itu.
"Kalau begitu bukankah hanya ada satu jalan keluar?" katanya lagi kini dengan seulas senyuman.
"Apa?" tanyaku dengan kening berkerut.
"Melanjutkan kerja sama tentu saja. Itu satu-satunya cara menyingkirkan efek pembatalan."
Ucapannya disambut tepuk tangan oleh Kwan. Dan jabat tangan oleh CEO Yoongi. Mereka setuju dengan pemikiran itu. Kecuali kami berdua tentu saja.
"Tapi ..." Aku belum selesai bicara tapi mereka sudah mencegahku untuk kembali membuka mulut.
"Ra-On, dengan kerja sama ini kau juga bisa membuktikan pada dunia bagaimana kemampuanmu tanpa mencoreng reputasimu sekalipun. Dan kau Yoongi ... buktikan sekali lagi tangan dinginmu masih sama seperti dulu."
"Kenapa aku harus melakukannya? Sampai sekarang pun juga semua laguku bisa membuktikan bagaimana kemampuanku."
Apa dia sedang menyombongkan diri?
Ingin bilang kalau semua lagu buatannya selalu masuk chart international dan menjadi yang pertama di semua acara musik?
Meski semua itu benar. Aku tidak suka wajah datar seperti aspal yang baru itu. Ingin melindas dia saja jadinya.
"Lalu kenapa kau tidak melakukan lagi? Sudah hampir setahun kau tidak membuat lagu kan?" tanya CEO-ku. Seperti pancingan di telingaku ucapannya barusan.
"Baru sebelas bulan," jawab Yoongi meralatnya.
"Sebelas bulan atau berapa pun, aku menghitungnya setahun. Yoongi-ssi, sesekali lihatlah berita, ada banyak orang yang menunggu karyamu. Kau tega dengan penggemarmu?"
Wajah Yoongi berubah melembut begitu mendengar kata penggemar. Sepertinya dia orang yang sangat peduli pada orang yang menyukai karyanya. Terutama penggemarnya.
Kalau diingat lagi, memang dia tidak seproduktif tahun kemarin.
Tidak heran juga sebenarnya. Kurasa dia sudah hilang motivasi. Apa lagi memangnya yang ingin dia dapatkan?
Ketenaran? Itu mungkin diurutan kesekian dalam daftar hidupnya. Melihat betapa acuhnya dia ini. Kekayaan? Kurasa juga bukan prioritas utamanya.
Pendapatan dari semua lagu ciptaannya selama ini kurasa bisa untuk hidup sampai cucunya nanti. Belum lagi semua asset yang dia punya selama menjadi idol dulunya. Itu luar biasa banyak.
Jadi kurasa, music memang adalah bagian darinya. Tapi kenapa mendadak dia berhenti? Bukan. Bukan berhenti, tapi seperti sedang hiatus melakukannya. Masa hiatus terlama yang dia lakukan selama bergelut di bidang ini.
"Akan kupikirkan lagi," kata Yoongi akhirnya sambil memijat pelipisnya. Dia memikirkan kalimat yang diucapakan CEO-ku rupanya.
Aku bisa mendengar suara helaan lega dari mereka semua. Sekarang mereka senyuman lebar seperti sudah memenangkan lotre.
"Sambil memikirkannya, bagaimana kalau sambil mendengarkan suara indah dari Ra-On kita makan malam?"
"Kau ingin aku memuntahkan makananku?" kata Yoongi dingin.
"Akan kusiapkan kantong untuk soenbae-nim kalau memang merasa mual. Atau perlu kuhubungi rumah sakit agar mereka bersiap untuk memompa perutmu kalau diperlukan?"
"Kalian berdua. Berhentilah," keluh CEO-ku keras.
Lingkaran setan ini sepertinya tidak bisa terputus dengan mudah. Entah siapa dulu yang akan dimakan. Yang jelas, aku tidak akan membiarkan dia sesuka hatinya terhadapku. Ingat itu Choi Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tangled Red String (Complete)
FanfictionRa-On bersumpah akan membunuh laki-laki yang sudah melukai harga dirinya sebagai penyanyi itu, dengan tangannya sendiri. Laki-laki dingin bermarga Choi yang selalu membuat kepala gadis itu mendidih. Semua semakin buruk saat dua orang ini diharuskan...