40

249 44 18
                                    

"Lama tidak bertemu. Putriku ..."

Aku tersenyum hingga memperlihatkan deretan gigi putihku untuk menyambutnya. Laki-laki berparas rupawan yang mengingatkan kembali bagaimana gemilangnya masa muda dulu yang masih meninggalkan jejak di dirinya sampai sekarang. Meski beberapa kerutan tampak di sudut kedua mata laki-laki itu, tapi tidak mengurangi sisi rupawan miliknya.

Tangannya terulur hendak mengusap kepalaku, namun tubuhku bergerak sendiri menghindarinya. Otakku memberi kesan enggan disentuh olehnya barang seujung jari pun.

Dia terkekeh, namun tak marah mendapat perlakuan itu dariku. Tapi mendengar tawanya membuatku kesal. Seakan aku adalah bahan candaan baginya.

"Kau ini memang sangat keras kepala," ucapnya setelah selesai tertawa.

"Penyakit turunan. Aku tidak bisa menghindarinya. Kau juga tahu hal itu."

"Kupikir selama ini kau adalah orang yang cukup cerdas. Tapi ... Apa kau sadar sudah jatuh di tempat yang sama, Kwon Ra-On?"

"Entahlah. Aku baru merasa melakukan semua ini pertama kalinya dalam hidupku."

Dia mengangguk sambil berdiri dan berjalan menjauh dariku. Suara dari sepatu pantofel hitam yang terdengar tiap langkahnya, membuat ingat pada adegan dramatis di film action di mana pemeran wanitanya diculik lalu mati setelah itu.

Dia kini berdiri tepat di bawah lampu yang jadi satu-satunya penerang di gudang ini. Menjadikan dia sebagai pusat perhatian dari semua orang yang berada di sini.

"Dari dulu aku sangat menyukai matamu. Caramu memandang yang tidak kenal takut itu memang sangat menakjubkan."

"Haruskah aku bilang terima kasih atas pujian itu?"

"Keberanian dan kecerdasanmu ini sangat sayang bila disia-siakan."

"Benarkah?"

"Maksudku. Sayang sekali kalau gadis muda sepertimu harus mati dengan cara mengenaskan sekarang ini."

"Lebih mengenaskan lagi kalau aku hanya duduk diam padahal tahu semuanya."

"Itulah yang harus dilakukan penonton. Cukup diam dan semuanya akan berjalan dengan baik."

"Tapi aku bukan penonton. Separuh hidupku  kuhabiskan di atas panggung dan menjadi pemeran dipertunjukkanku. Karena itu, aku tidak terbiasa hanya duduk manis."

"Jadi kau memilih jadi pemeran utama dipertunjukkan yang akan datang? Boleh juga. Meski harus sedikit merepotkanku nanti. Tidak masalah."

"Sebelum itu ... Bukankah seharusnya ada penjelasan atas apa yang terjadi sampai saat ini?"

"Sebagai hadiah karena kau adalah anak yang sangat kusayang. Akan kujawab apa pun pertanyaanmu."

"Sejak kapan kau mulai semua ini?"

"Ehm ... Mungkin sejak aku masih berumur belasan? Aku juga tidak yakin. Yang jelas, aku berkecimpung di dunia gelap ini hampir seumur hidupku."

"Narkoba?"

"Ya. Dan itu hanya bagian kecilnya. Sekarang aku sedang ingin mencoba hal yang baru. Berpolitik misalnya. Membangun kekuasaan dan kekuatanku sendiri. Aku tidak perlu bingung dengan dana yang harus kukeluarkan, karena uang selalu yang mendatangiku. Serbuk putih berlian itu sangat membantuku."

"Kalau kau sudah punya uang sebanyak itu. Lalu kenapa kau tidak melepaskan mereka?"

"Mereka?" tanyanya dengan satu alis naik.

"Lee Kwan ... Jo Eun Kyung," kataku getir mengucapkan kedua nama itu.

"Ah ... Mereka? Bukan salahku karena mereka sendiri yang lebih dulu mendatangiku."

The Tangled Red String (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang