21

184 45 0
                                    

Aku menendang selimut dengan kuat setelah mendengar bunyi bel yang terus berbunyi selama lima menit lamanya. Berisik.

Sudah kusiapkan serangkaian kata indah untuk menyambut kedatangan orang yang mengganggu tidur setengah siangku ini.

"Apa yang ... Eomma ..," kataku langsung tergagap begitu membuka pintu lebar.

Wanita paruh baya yang melahirkanku itu, kini siap akan memakanku hidup-hidup saat melihat penampilanku siang ini.

Rambut awut-awutan. Kaos hitam oversize kusut, belum lagi bekas air liur yang belum kubersihkan menjadi bukti nyata tak terbantahkan kalau memang aku baru bangun tidur.

"Kau tidak punya jam? Tidak lihat matahari sudah setinggi itu?"

"Aku lembur semalam," ucapku bohong. Padahal aku habis begadang maraton drama yang sudah lama kutunda.

Tanpa kupersilahkan, eomma sudah masuk ke apartementku begitu saja. Tangannya meraih jaket hitam yang kusampirkan di sofa lalu memakaikannya padaku.

Dengan matanya yang setajam pisau dapur, dia menyuruhku untuk menurut pada semua yang dia lakukan padaku.

"Mau ke mana?" tanyaku bingung dengan eomma yang menyeretku menuju ke lobi.

"Rumah sakit," jawab eomma tanpa melihatku. Lurus hanya melihat jalan yang ada di depan.

"Siapa yang sakit memangnya?"

"Kau."

"Aku baik-baik saja."

"Kepalamu pusing lagi kan?" tembak eomma tepat sasaran.

Aku langsung diam membatu. Tidak mungkin memang Ryung bisa menutup mulutnya soal ini. Dasar orang itu ya.

"Eomma ...," panggilku pelan dan memelas.

"Diam."

Mendengar nada bicara eomma yang dingin, aku mengurungkan niat untuk mengajaknya bicara. Mengkeret duluan nyaliku. Alhasil, sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit kami hanya diam dan hanya ada suara helaan nafas yang terdengar. Namun meski begitu, tangan eomma tetap memegang lenganku erat. Takut kalau-kalau aku kabur darinya.

Dan Ryung sudah menyambut kedatangan kami di depan rumah sakit dengan senyuman manis. Mereka berkomplot melakukan ini semua ternyata.

"Aku sudah memesan jadwal hari ini untukmu. Jadi jangan buat kakakmu yang tampan nan rupawan ini malu dengan mengacaukannya ya."

Aku tidak bisa menyembunyikan wajah masamku saat melihay senyuman Ryung yang terlihat senang melihatku menderita.

Aku mencoba merayu eomma sekali lagi agar mau melepaskanku dengan memberikan tatapan sayu dan hampir menangis padanya.

Tapi hati batu itu memang turunan, dan berasal dari wanita satu ini. Semua seranganku tidak mempan padanya.

"Yak sekarang ganti baju dengan pakaian rumah sakit. Lalu kita mulai check up lengkapmu," kata Ryung riang gembira.

Aku akhirnya pasrah diseret oleh mereka berdua memulai pemeriksaan lengkap kesehatan. Hari yang melelahkan dimulai.

Bukan pemeriksaannya yang melelahkan, menunggunya yang lama karena tidak sedikit orang yang juga melakukan hal yang sama. Dan aku harus bersabar untuk menyelesaikan serangkaian acara itu.

Mulai dari pengambilan darah untuk lab lengkap, lalu foto thorax, CT-Scan dan MRI, semua kulakukan sesuai permintaan mereka.

"Bagaimana hasilnya?" tanya eomma pada dokter bedah saraf yang menanganiku sepuluh bulan yang lalu.

The Tangled Red String (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang