Aku duduk seperti orang bodoh di bandara sepagi buta ini. Menatap beberapa orang yang lalu lalang di sekitar. Meski begitu, pandanganku kosong, menerawang jauh entah ke mana.
Di telingaku bertengger manis, satu earbud yang tidak mengeluarkan suara. Kenapa? Karena bukan milikku. Ini adalah earbud yang kuambil paksa dari Yoongi sewaktu di cafe di saat kami masih perang urat dulu.
Sudah beberapa hari ini, aku selalu pergi ke bandara di pagi hari. Waktu paling sepi di mana bisa saja jadi pilihan seseorang untuk muncul.
Aku mulai bergerak berjalan di sekitar bandara saat rasa bosan mulai menyergap batin. Langkahku pendek sambil menunduk melihat tiap lantai yang kulalui. Berhitung seperti orang bodoh.
Kakiku terhenti seketika begitu sebuah lagu mengalun pelan dari earbud yang ada di telingaku. Mataku mengedarkan ke segala arah dan tubuhku segera bergerak secepat yang kubisa. Mencari pemilik asli dari earbud ini.
Jarak sambung dari earbud lumayan dekat, jadi pasti dia tidak jauh dariku. Tiap orang yang melintas segera kutarik dan kubuka maskernya agar wajah mereka bisa kulihat. Namun semua berakhir dengan aku membungkuk minta maaf karena salah mengenali mereka sebagai dia.
Sampai pada akhirnya, terlihat sebuah siluet yang benar-benar tak asing bagiku memasuki pintu keberangkatan. Gambaran punggung milik Choi Yoongi.
Aku tidak bisa meneriakkan namanya karena berada di tempat umum. Takut malah membuat masalah lebih besar lagi. Tidak bisa juga pergi ke sana karena tidak memiliki izin. Dan berakhir dengan keputus asaan yang besar. Membiarkan dia pergi begitu saja tanpa perlawanan.
Kakiku melemas. Luruh begitu saja tubuhku sambil memandang burung besi yang berpijar lampunya menembus langit yang mulai tampak membiru membawanya menjauh pergi.
Sudah terbang jauh sekarang.
Apa juga sudah selesai hubunganku dengannya?
------------------ooo-----------------
Satu-satunya cara bagiku untuk bisa tidur adalah menjadi lelah. Dan semakin lelah. Karena itulah aku memilih untuk mengerjakan banyak hal sekaligus tanpa peduli pada semua ocehan Kwan yang ingin aku sedikit bersabar.
"Kau mau mati ya?" katanya setelah mematikan lagu yang jadi pengiring latihanku.
"Tidak," jawabku datar sambil menghapus keringat yang membanjiri kening. Bajuku pun tak luput dari derasnya keringat yang mengucur. Basah semua.
"Lalu yang kau lakukan sekarang ini apa? Kau sudah berlatih menari lebih dari enam belas jam. Mengerjakan sepuluh lagu di hari kemarin tanpa jeda. Kau butuh tidur, Ra-On," katanya frustasi.
"Ya. Karena itulah aku melakukan ini."
"Benar. Kau akan tidur setelah semua kegilaan ini. Tidur untuk selamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tangled Red String (Complete)
FanfictionRa-On bersumpah akan membunuh laki-laki yang sudah melukai harga dirinya sebagai penyanyi itu, dengan tangannya sendiri. Laki-laki dingin bermarga Choi yang selalu membuat kepala gadis itu mendidih. Semua semakin buruk saat dua orang ini diharuskan...