29

216 48 4
                                    

"Jangan buat ulah. Mengerti?" kata Hana memperingatkan.

"Baik eomma," kataku menggodanya. Dan segera saja, buku yang dia bawa berpindah ke kepalaku sesaat disertai suara benturan. Sakit.

Aku kini duduk di kursi belakang Hana. Dan di depanku sebuah panggung yang dulu juga pernah jadi tempat menyeramkan bagiku tergelar dengan lampi sorot yang menyala. Semakin menakutkan dengan deretan para penilai berwajah datar yang selalu menjadi ketakutan terbesar para trainee tiap kali ada penilaian bulanan.

"Aku tidak mau ada sarang laba-laba di sini," kataku setelah penampilan salah satu grub.

"Ha?" tanya Hana berbalik untuk menatapku.

"Kau tahu siluman laba-laba? Dia sangat cantik. Rupawan dan ... Mematikan."

Hana kembali memandang kelima gadis yang masih berdiri di tempatnya dengan banjir keringat. Meski tanpa make up, mereka terlihat cantik. Seperti biasanya.

"Mereka calon yang akan debut tahun ini."

"Terserah. Aku hanya mengatakannya. Kau juga pasti tahu, masalah seperti itu adalah hal yang sangat serius."

Hana terlihat lebih serius lagi wajahnya. Dia berbisik pada dua orang pelatih yang ikut sebagai penilai.

"Hei, aku punya video lucu. Mau lihat?"

"Jangan sekarang Ra-On. Kau tidak lihat aku sedang sibuk?" kata Hana sambil menampik tanganku yang menepuk bahunya.

Tidak mendapat perhatian darinya, aku tetap saja menyalakan sebuah video di ponselku dan memaksa dia untuk melihatnya.

Suara keras yang keluar dari speaker ponselku menggema ke seluruh tempat. Semua perhatian tertuju padaku yang memasang wajah tersenyum tak berdosa.  Sedangkan video yang kumainkan mulai mengeluarkan suara berbagai umpatan dan hampir semua hewan di kebun binatang pun disebutkan.

Isakan seseorang terdengar, lalu suara tamparan, guyuran air menyusul kemudian.

Aku menekan layar. Menghentikan video itu. Lalu berdiri meregangkan badan sebelum berjalan menuju ke atas panggung.

Aku memperhatikan lebih detail satu per satu lima orang gadis yang memasang wajah tidak berdosa serta tubuh yang sudah bergetar takut.

"Aku bisa menulis buku di atas wajah kalian saking pucatnya mirip kertas."

"Apa menyenangkan? Aku penasaran," kataku karena tidak mendapat tanggapan dari mereka.

"A ... Apa maksud soenbae-nim?"

"Soenbae? Siapa? Aku memangnya seniormu? Senior di bidang apa? Ah ... Senior di bidang menakut-nakuti?"

"Kau kenal dengan korbannya?" tanya Hana dari arah belakangku. Memotong pertunjukkan yang sedang kugelar.

Aku menunjuk ke tempat dudukku. Seorang gadis yang juga gemetaran sedari tadi karena semua ulahku.

"Kau tahu siapa dia? Pastinya tidak. Dia adalah salah satu mantan trainee yang terpaksa keluar dari agensi karena mereka. Ada sekitar sepuluh trainee lainnya yang juga mundur karena tidak tahan dengan tingkah mereka ini," ujarku.

"Sejak kapan kau tahu?"

"Ehm ... Sejak aku tertarik mungkin."

"Hari ini sampai di sini. Semuanya kembali ke studio latihan."

"Sampai jumpa. Hobae," kataku sambil melambaikan tangan pada mereka.

Hana yang sudah berdiri dari duduknya, memandang tajam padaku. Memberiku isyarat agar ikut dengannya.

The Tangled Red String (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang