31

294 54 41
                                    

"Sudah makan?" sambut Chanyeol oppa begitu melihatku di lobi agensi. Tak lupa dengan senyum lebar khas miliknya.

"Sudah," jawabku setelah sedikit melirik kantong yang dia bawa. Kuduga isinya sandwich untukku.

"Buat camilan kalau begitu."

"Kau selalu membawakanku makanan. Apa tidak merepotkanmu?" kataku mencoba untuk menolaknya.

Padahal aku tadi juga berbohong soal sarapan agar dia tidak perlu memberikannya. Karena yang benar adalah aku hampir lupa kapan terakhir kali makan karena sibuk di depan komputer. Ada rasa enggan bagiku untuk menerima semua perhatian darinya sekarang.

"Lebih repot lagi kalau kau sampai sakit," katanya tak mau kalah dan memaksaku menerimanya.

"Kenapa? Yang sakit kan aku."

"Karena aku lebih sakit kalau melihatmu begitu. Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu."

"Kau seperti penjagaku saja."

"Boleh kalau aku jadi seperti itu? Atau lebih juga tidak masalah," katanya sambil menatapku lekat.

"Ah," seruku.

"Lehermu sakit?"

"Tentu saja sakit. Kau tidak sadar tinggimu berapa? Leherku sakit harus melihat ke atas terus."

"Kalau begitu, begini saja."

Dia menarikku hingga kami berdua terduduk dengan aku berada di pangkuannya. Kini dia yang harus mengadah untuk melihatku karena aku berada lebih tinggi darinya.

"Oppa, ada banyak orang," kataku risih dan mencoba berdiri.

Namun dia menahan pinggangku agar tetap berada di dekatnya. Dia juga membawa tanganku ke bahu kirinya dan menetapkan secara sepihak kalau tidak boleh beralih ke lain tempat dengan matanya yang terus memintaku menatapnya.

"Seandainya tidak ada orang berarti boleh?" tanyanya dengan suara manja.

"Tidak. Sama sekali tidak boleh. Sudah. Aku harus menemui Hana."

"Di sini saja dulu. Temani aku."

"Kau sedang bosan? Sampai berniat mengerjaiku sekarang."

"Aku sedang mencoba sesuatu."

"Apa?"

"Menurutmu, seberapa kuat aku bisa menahan perasaanku?"

"Kau mau ke kamar mandi? Pergilah sana."

"Ra-On aku ..."

"Akhh!! Sudah jam segini. Hana akan membunuhku kalau terlambat lebih dari ini," kataku setengah heboh sambil melihat jam di ponsel.

Aku segera sedikit melompat dari pangkuannya saat dia lengah. Lengan panjangnya itu jadi penghalang buatku.

"Ada masalah lagi? Sampai harus menemui Hana?" tanyanya dengan tangan kini menarik tas yang ada di punggungku sebelum aku benar-benar kabur.

"Kau belum dengar? Aku jadi bagian management sekarang. Ada trainee yang mau kudebutkan jadi sangat sibuk."

"Trainee saja kau perhatikan. Beri perhatian juga padaku."

"Kau? Kau kan sudah ada tim yang menangani."

"Inginnya kau."

"Bermimpilah kalau begitu. Sampai jumpa oppa," ujarku sambil berlari menjauh darinya.

Aku berhasil langsung masuk ke lift yang terbuka dan menata nafas di dalamnya. Jemariku meraba pergelangan tangan. Memeriksa denyut, menghitung sambil menenangkan diri agar tidak bertambah cepat detakku.

The Tangled Red String (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang