2

480 72 7
                                    

"Aku tidak mau."

"Ra-On, kau belum mendengarkan semua," kata Kwan sambil memutar bola matanya.

"Aku tidak perlu mendengarnya. Yang jelas aku menolak untuk melakukan kolaborasi dengan orang itu."

"Kenapa? Apa kau mengenal dekat dia?" tanya Hana selaku manager yang mengurusi hal ini. Aku menggeleng keras menjawabnya.

"Lalu?"

"Aku tidak suka dengannya."

"Ra-On, apa kau pikir semua orang harus menyenangkanmu? Ada begitu banyak orang di industri hiburan ini. Kau yang sudah menjadi idol selama sepuluh tahun pastinya tahu akan hal itu."

"Aku tahu itu. Aku juga tidak ingin orang-orang menyenangkanku. Tapi aku ingin dihargai. Dan orang itu sama sekali tidak melakukan hal itu. Memangny tidak ada orang lain?"

"Kau tahu betapa sulitnya mengajak dia melakukan kerja sama? Kita beruntung dia setuju dengan kerja sama yang kita tawarkan."

"Berikan saja pada orang lain. Ada banyak yang ingin kerja dengan dia kan? Aku dengan setulus hati dan ikhlas memberikan kesempatan itu pada para senior dan juniorku untuk kerja sama dengan dia yang kata orang sebagai musisi jenius itu."

"Tapi direktur ingin kau yang melakukannya."

"Kenapa? Di agensi ini ada begitu banyak idol dan penyanyi yang lebih berbakat dariku. Pilih saja salah satu dari mereka."

Hana menegakkan duduknya. Kedua jemarinya saling tertaut dan pandangan mata serius dia berikan padaku.

"Direktur merasa suaramu dan dia sangat cocok. Belum lagi kalian berdua juga bisa membuat lagu. Kami yakin hasilnya akan sangat bagus."

Aku menggaruk hidungku yang tidak gatal. Risih dengan kalimat yang baru dia ucapkan.

"Hal yang paling kubenci adalah ketika orang meletakkan harapan tinggi padaku lalu membuatnya menjadi beban yang harus kupikul. Itu sangat menyebalkan," ucapku.

Hana menghela nafas panjang sebelum kembali bicara.

"Ra-On, kenapa kau jadi sekeras kepala ini?" tanyanya.

"Memangnya biasanya tidak?" tanyaku sebelum meminum es capucinoku.

"Biasanya hanya keras kepala yang bisa kami hadapi, tapi kenapa kali ini kau bersikeras tidak mau melakukannya? Apa ada sesuatu di antara kalian berdua?"

Mata Hana kini beralih ke arah Kwan yang sibuk dengan ponselnya beberap waktu ini.

"Tidak ada. Kenapa aku ada sesuatu dengan laki-laki seperti dia?" jawabku sebelum Kwan membuka mulutnya. Aku memberi isyarat padanya untuk tetap diam lewat mataku.

"Kalau tidak masalah, kenapa kau sekesal ini selama kita membahasnya?"

"Karena aku tidak menyukainya."

"Sebagai laki-laki atau sebagai musisi?"

"Dua-duanya."

Mata Hana sekali lagi ke arah Kwan. Laki-laki itu tersenyum lebar tanpa rasa bersalah dan beban saat mata tajam wanita cantik ini seakan ingin mencabiknya kalau tidak mendapat jawaban yang dia inginkan.

 Laki-laki itu tersenyum lebar tanpa rasa bersalah dan beban saat mata tajam wanita cantik ini seakan ingin mencabiknya kalau tidak mendapat jawaban yang dia inginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Tangled Red String (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang