"Aku akan membunuhnya. Kupastikan dia mati dengan tanganku sendiri," kataku sambil menatap tajam punggung seorang laki-laki yang berjalan menjauh dari tempatku berdiri.
Langkahnya yang tidak terburu-buru, malah semakin membuatku kesal karena makin lama melihat dia dalam radius pandanganku.
Ingin kutendang laki-laki itu ke luar angkasa sana rasanya. Biar dimakan alien sekalian. Paling tidak aku sudah membantu mengurangi satu polusi makhluk menyebalkan di bumi.
Bahkan di balik masker hitamnya itu, aku bisa melihat wajah dingin nan sombong darinya. Kenapa ada mahkluk jadi-jadian macam dia di dunia tempatku hidup begini? Berbentuk manusia tapi tidak punya jiwa dan hati.
"Ra-On, sepertinya aku bisa memasak telur mata sapi di atas kepalamu sekarang," kata Kwan-managerku- dengan tangan yang dia letakkan ke kepalaku tiba-tiba.
Aku langsung memukul keras lengannya hingga dia mengaduh dan berjalan mundur beberapa langkah dariku.
"Kau dengar baik-baik. Aku akan mengulitinya lalu membuang tubuhnya ke sarang singa," kataku sambil mengarahkan telunjukku padanya dengan mata melotot.
"Kenapa mau repot-repot menguliti, kalau akhirnya kau melemparkannya ke singa?" tanya Kwan dengan wajah datarnya.
"Oppa?!" teriakku kesal.
Kwan menutup telinganya karena suara teriakan dariku. Dia lalu memilih menjaga jarak aman saat melihat wajahku yang memerah menahan kesal. Dia akhirnya sadar aku sedang keadaan serius dan tidak ingin bercanda sekarang.
"Apa rencanamu sekarang?" tanya Kwan setelah beberapa menit terdiam dengan mata yang tertuju ke pintu lift yang sudah tertutup beberapa waktu yang lalu. Tempat terakhir laki-laki itu berada sebelum menghilang dari pandangan kami.
"Pulang," jawabku cepat bersamaan dengan badanku yang berbalik menuju ke parkiran stasiun TV ini.
Kwan terkekeh mendengar ucapanku. Dengan sedikit berlari untuk mengejarku, dia meraih bahuku dan meminta berhenti.
"Aku siapkan mobil. Kau hapus dulu make up-mu itu," katanya mengingatkan bagaimana penampilanku ini.
Baju untuk perform comeback masih kupakai, begitu pula make up tebal yang masih ada di wajahku.
"Itu yang ingin kulakukan dari tadi," kataku yang langsung berbelok ke arah ruang ganti. Dari ekor mataku, kulihat Kwan yang menggelengkan kepala melihat kelakuanku.
Aku berjalan dengan senyum yang sedikit kupaksakan saat membalas salam dari beberapa orang yang berpapasan dan memanggilku soenbae-nim, selama perjalananku ke ruang ganti.
Rasanya sedikit tidak nyaman ketika ada yang memanggilku begitu. Entahlah, mungkin perasaanku saja yang belum terbiasa.
Begitu sampai di depan ruangan yang bertuliskan namaku di depannya, aku segera memutar knop pintu tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Seandainya ada orang di dalam, kurasa aku bisa meneriakinya sebagai pencuri karena masuk tanpa seizin dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tangled Red String (Complete)
FanfictionRa-On bersumpah akan membunuh laki-laki yang sudah melukai harga dirinya sebagai penyanyi itu, dengan tangannya sendiri. Laki-laki dingin bermarga Choi yang selalu membuat kepala gadis itu mendidih. Semua semakin buruk saat dua orang ini diharuskan...