46

257 33 7
                                    

"Di kepalamu itu apa ada sebangsa dynamite nya ya?" tanya Kwan.

"Mungkin. Kenapa?" jawabku enteng.

"Karena yang meledak bukan hanya dirimu tapi orang lain juga," keluhnya dengan raut siap menangis.

"Sudah ya. Jangan cemberut begitu," kataku sambil menepuk bahu Kwan yang melorot.

Managerku itu lalu berjalan ke arah sisi kanan ruanganku dan diam di sana sambil menyandarkan kepalanya ke tembok.

"Ada apa dengannya?" tanya Chanyeol oppa yang baru masuk. Di tangannya ada segulung kertas yang bisa kutebak berisi semua jawaban prediksi dari konferensi pers hari ini. Yah ... Layaknya ujian.

"Dia sedang merenungi nasip. Biarkan saja dia," jawabku.

Senyumku mengembang saat melihat cincin yang melingkar di jari manis Chanyeol oppa. Cincin dengan ukiran yang sama denganku. Entah kenapa aku merasa senang melihat dia memakainya terus.

"Manis sekali," ucapku senang sambil memutar cincin di jari manisku ini.

"Kan kau yang memilihkannya. Tentu saja manis," puji Chanyeol oppa.

"Memang hanya oppa seorang yang berpihak padaku. Tidak salah kalau aku memintamu di sampingku nanti."

"Kau akan menyesal sudah mengiyakan lamaran anak itu," sela Kwan layaknya orang kesurupan dengan mata tajam.

Dia tidak sedang bicara padaku, melainkan pada Chanyeol oppa yang terlihat bingung sekarang.

"Apa ... Begitu?" tanya Chanyeol oppa bingung dan kikuk. Ini pertama kalinya sejak kejadian dulu itu Kwan mau bicara padanya. Karenanya hubungan mereka terasa kaku selama ini.

"Kau tidak penasaran, kenapa tiba-tiba dia yang tidak pernah mau menggelar konferensi tiba-tiba melakukannya?" tanya Kwan dengan suara dalam.

"Promosi lagu barunya?" jawab oppa.

Kwan tersenyum lebar. Lalu menepuk kedua pipi Chanyeol oppa lumayan keras sampai laki-laki itu tersentak karena terkejut. Kwan mendekatkan wajahnya pada oppa hingga mereka terlihat hampir berciuman.

Tangan Chanyeol oppa sudah berada di dada Kwan dan berusaha mendorong managerku yang mendadak jadi gila itu agar menjauh.

Tapi entah bagaimana, Kwan lebih kuat darinya dan memeluk erat Chanyeol oppa sebelum kembali menepuk kembali kedua bahunya dan dia berjalan meninggalkan kami berdua kebingungan dengan tawa cekikikan di tiap langkahnya.

"Kurasa dia sudah penuh tekanan menghadapimu selama ini."

Aku hanya mengangguk dan tersenyum mendengar penalaran oppa atas sikap aneh Kwan tadi. Seorang staff acara mendatangi kami, mengingatkan untuk bersiap karena acara akan segera dimulai.

"Ayo," kata Chanyeol oppa sambil mengulurkan tangan padaku. Dengan yakin, aku meraihnya dan berjalan di samping laki-laki ini menuju panggung tempat acara konferensi pers kami berlangsung.

Selama dua minggu setelah keputusanku berpisah dari Choi Yoongi, aku sibuk dengan lagu baru yang kusiapkan untuk bekerja sama dengan Chanyeol oppa. Semuanya kulakukan dengan kecepatan penuh.

Setelah mendapat izin dari para petinggi agensi, aku mengubur diri di studio guna menyempurnakan laguku kali ini.

Tak peduli dengan semua panggilan dari mantan pacarku yang selalu menggangguku itu. Toh, dia tidak akan mungkin terbang ke Korea hanya untuk menemuiku karena terikat kontrak kerja dengan perusahaan di sana.

The Tangled Red String (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang