|28.| Ujian

162 35 3
                                    

Happy Reading📖

"Bahas kok masa lalu yang ngga mungkin bisa diulang kembali." -Reina Zefanya.-

Hari telah berganti. Seperti bernafas yang berlalu dengan begitu cepatnya tanpa disadari. Senin telah tiba dan PAS -Penilaian Akhir Semester 1- akan segera dimulai 15 menit yang akan datang.

"Na! Na! Lo udah ngehafalin tentang bagian-bagian yang ada dalam surat belum? Macam-macam teks?" Tanya Lala mendekat pada Reina.

"Teks polkadot keluar ngga ya dalam soal?" Tambah Jessica.

"Buat apa belajar? Bahasa indonesia yang terpenting paham. Untuk jawaban essay cari aja di soal abc-an pasti ada kok. Percuma juga belajar, yang dipelajari apa? Yang keluar apa? Nyesek kan kalo ngga sesuai sama yang dipelajari."

'Kring kriingg kriiiinggg! Saatnya memasuki ruang ujian!'

"Yah udah bel. Mana gue belum selesai baca semua soal di LKS lagi, biasanya kan pada keluar soal-soalnya, sama persis lagi plek jiplek!"

"Keluar! Baris! Baris! Panitia udah mulai pada masuk ruangan!"

"Angel sama Bianca ngga seruang sama kita ya, Sya?" Raisya menoleh sembari berjalan keluar kelas untuk berbaris. "Engga, mereka diruang sebelah."

"Sya, Siapkan!" Ujar Pak Yeyen, selaku panitia pengawas di ruangan 09 -Ruang PAS Reina-

Raisya yang merasa terpanggil pun menoleh. Ia melangkahkan kakinya untuk maju di depan barisan dan mulai menyiapkannya. "Siap grak! Lencang depan grak!" Raisya melihat dua barisan di depannya, untuk melihat apakah barisan sudah lurus dan rapi atau belum. "Tegak grak!" Selepasnya dia menunjuk barisan dekat pintu untuk masuk terlebih dahulu. Semuanya mulai duduk ditempat yang telah disediakan sesuai dengan nama mereka disetiap meja.

"Siap grak! Berdoa mulai!" Semuanya menunduk dan berdo'a kepada tuhan agar dimudahkan dan dilancarkan dalam mengerjakan soal dan yang paling penting tidak ketahuan saat mencontek.

"Berdo'a selesai!" Semuanya menatap kedepan, dimana panitia berdiri. "Beri salam!"

"Assalamu'alaikum warahmatullohiwabarokatuh." Ujar semuanya serentak layaknya paduan suara.

"Wa'alaikumussalam warahmatullohiwabarokatuh. Baik sebelum saya bagi soal-nya dan mulai mengerjakan, pertama-tama saya akan membacakan peraturan selagi PAS berlangsung .... bla bla bla ..."

120 menit telah berlalu. Semuanya berhamburan meninggalkan ruangan. Teman-teman sekelas yang berbeda ruangan pun mulai berkumpul di ruangan teman sekelas mereka, membentuk lingkaran dan membahas soal-soal yang tadi mereka kerjakan.

"Nyesel gue ngga baca soal-soal di LKS. Soalnya sama persis yang di LKS!"

"Na! Liat soal lo dong." Reina menyodorkan lembar soal PAS bahasa indonesia yang tadi di kerjakan.

Raisya menerima dan mengeceknya dengan jawaban yang ia tandai dalam soalnya. "Gue ada 8 soal yang jawabannya beda sama punya lo, Na."

"Serius lo! Ah gue tadi mau minta jawaban essay nomer 5 sama Reina, Pak Yeyen jalan-jalan mulu, matanya juga ngeliatin terus jadi gabisa nyontek!"

Reina merebut soal bahasa indonesia yang kini telah berpindah di tangan Angel. "Kenapa si setiap selesai ujian hal pertama yang dibahas tuh soal ujian yang udah di kerjakan? Tanya soal A pada jawab apa dan bla bla bla."

"Bahas kok masa lalu yang ngga mungkin bisa diulang kembali."

"Udahlah, jangan bahas yang udah terjadi. Mendingan juga belajar buat pelajaran PAI. Hafalin tuh surat-surat yang disuruh dihafalin sama Pak Irfan, biasanya keluar di soal essay di suruh nulis arabnya kalo ngga suruh nerjemahin artinya." Tambah Reina.

****

Tidak terasa jam di hari senin kali ini berlalu dengan begitu cepat. Ujian di hari pertama telah usai. Semuanya berlomba untuk pulang lebih awal, tak jarang pula yang menongkrong di tempat umum ataupun main kerumah teman mereka. Gerbang utama masih dipadati lautan putih abu-abu. Tak sedikit pula yang saling dorong-mendorong teman mereka.

Reina memilih untuk tidak melewati gerbang utama. Dia akan keluar melewati koridor samping ruang TU. Dari depan sekolah, gadis itu dapat melihat pedagang gerobak yang saling berjejer. Ia segera berlari menuju pedagang makaroni tasik sebelum dipenuhi antrian panjang.

"Bang makaroni basah 2!" Ujarnya. Abang-abang pedagang makaroni itupun segera mengambilkan pesanan Reina, memasukkannya dalam plastik dan memberikannya pada Reina. "Ini neng. Jadinya 4 ribu." Reina menyodorkan uang 5 ribu pada pedagang itu. "Kembaliannya ambil aja bang!"

Gadis itu segera menyeberangi jalan dan duduk di halte bus sembari menunggu sekolah mulai sedikit sepi, setelahnya ia akan mengambil kendaraannya di tempat parkir. Ia membuka makaroni basahnya dan mulai memakannya. Makanan kesukaannya makaroni basah rasa pedas asin.

Seorang pemuda mendudukkan dirinya disamping Reina. Namun, sepertinya gadis itu belum menyadarinya akan kehadiran pemuda itu.

Pemuda itu menatapnya. Memejamkan kedua bola matanya. Menarik nafas dalam-dalam dan menghemburkannya secara perlahan. "Putusin Chiko!" Ujarnya.

Reina berhenti mengunyah dan menoleh pada pemuda itu. "Dia bukan cowo yang baik!" Lanjutnya.

Reina merotasikan kedua bola matanya, menghela nafas gusar dan beranjak dari duduknya. Ia melenggang pergi meninggalkan pemuda itu. Pemuda itu juga ikutan beranjak dari duduknya dan mengejar Reina. 2 langkah pemuda itu dapat menggapai pergelangan tangan gadis itu. "Dia cuma akan buat lo sakit hati, Na!"

***

Part kali ini bikin aku merindu tentang sekolah huhu😭 kamu kangen sekolah juga ngga?

Salam ka es stnrmh

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang