|5.| Peraturan

574 73 66
                                    

Happy reading📖

Gerbang sekolah setiap paginya pasti selalu saja ada kericuhan dari anak-anak yang selalu melanggar peraturan sekolah. Seperti atribut sekolah, mulai dari kaos kaki, sabuk, dasi, baju yang kekecilan, rok yang terlalu pendek, celana yang di pensil, make-up, aturan rambut, dan sebagainya.

Seperti Reina, Angel, Lala, Bianca, Jessica, dan juga Raisya. Biang onar SMA Merdeka, most wanted girl SMA Merdeka. Mereka semua memang mendapatkan julukan bad girl. Karena mereka suka membuat kerusuhan, gadis bar-bar, nakal, jahil, dan mereka juga suka melanggar peraturan sekolah. Tapi jangan salah, walaupun mereka bad tapi mereka mempunyai kelebihannya tersendiri.

Seperti Reina, biar pun ia jarang masuk kelas tetapi ia hampir sempurna dalam semua mata pelajaran terkecuali dalam mata pelajaran bahasa inggris, ia hanya tau beberapa kata saja. Angel yang pandai dalam hal musik. Bianca dan Jessica, mereka pintar dalam fashion. Mulai dari pakaian, sepatu, bahkan make-up. Oleh karena itu tak heran jika mereka berdua selalu membawa make-up kemanapun mereka akan pergi. Raisya, ia anggota inti paskibra, selalu menyumbangkan medali dan juga piala jika ia mengikuti lomba-lomba paskibra. Dan Lala, ia tak tau apa kelebihannya dan tak tau pula mengapa mereka semua bisa seakrab seperti ini.

Intinya sebuah keakraban bisa terjalin karena adanya sebuah perbedaan. Mereka bisa menyatu karena saling melengkapi kekurangan mereka satu sama lain, dengan kelebihan mereka masing masing. Saling menghargai adalah kuncinya.

"Eh gue denger denger, kemaren malam Reina menangin balapan sama sekolah sebelah ya?"

"Gue juga denger! Katanya Reina juga mukul pemuda di dalam club malam itu!"

"Eh eh itu kak Reina sama temen-temennya dateng!"

"Ya ampun Reina tambah cakep aja."

"Cewe idaman gue dateng, bro!"

"Eh tapi kok, mereka sama anak-anak osis ya? Eh ada kak Devan juga."

"Halah palingan juga mereka melanggar aturan lagi. Liat aja tuh make up mereka, seragamnya, sepatunya juga. Melanggar peraturan semua."

"Iya. Mereka mau sekolah atau clubbing? Dandanannya udah kaya tante-tante aja."

"Halah itu mah udah biasa kali. Sekarang kan jamannya yang ibu-ibu pengen jadi anak muda. Yang muda kaya tante-tante." Ujar salah seorang siswa dengan tawanya.

Kurang lebih seperti itulah komentar-komentar siswa-siswi. Itulah hidup. Ada yang menyukai. Ada juga yang membenci.

"Yah yah Devan kok gitu si sama Nana, masa Nana ngga di bolehin masuk nih." ucapku.

Aku menatap tepat pada bola mata hitam pekat milik Devan. Devan ini memang sahabatku. Kami berteman akrab sejak kecil. Tidak hanya aku dan Devan tetapi juga ada Katya, Violla, dan Arkan.

Aku dan teman-temanku ketauan terlambat, apalagi kami mencoba lari dari hukuman dengan masuk lewat gerbang belakang sekolah dan bersembunyi di kantin. Di tambah lagi atribut sekolah yang semuanya melanggar peraturan sekolah. Haish memang hari yang menyebalkan.

"Devan tega sama Nana biarin Nana kecepean terus kepanasan gitu? Nanti Nana bilangin ke bunda syla ya kalo Devan ngga ngejagain Nana." rayuku kembali pada Devan.

"Nana, kamu itu udah buat kesalahan, jadi kamu harus terima konsequensinya"

Aku sudah tahu pasti kata-kata itu yang akan di lontarkan oleh Devan. Mulutku komat-kamit mengikuti dia berucap. Aku terkadang suka kesal sendiri dengan Devan. Aku melirik pada Devan yang sepertinya tak mempedulikan umpatan-umpatan dariku. Aku benar-benar kesal dengan Devan. Lihat saja apa yang akan nanti aku lakuin sebagai balasannya. Huh.

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang