Happy reading📖
"Devan." Lirih Arkan.
Devan menoleh dan menatap Arkan. Mereka saling berpandangan beberapa saat, sebelum suara Revan membuat pandangan mereka menatap pada Revan.
"Lo udah coba telfon Reina?"
Devan menganggukkan kepalanya. "Udah. Tapi ngga di angkat."
"Coba lo telfon lagi. Siapa tau kali ini di angkat." Devan merogoh sakunya dan akan mendial nomor Reina. Arkan mendekat dan menahan pergelangan tangan Devan, sontak pemuda itu menolehkan kepalanya menatap Arkan. "Ponsel Reina sama gue." Pemuda itu memperlihatkan ponsel Reina di genggaman tangannya. "Jadi percuma aja kalo lo nelfon Reina ngga akan Reina yang ngangkat."
Ditatapnya netra coklat milik Arkan. "Kenapa bisa ponsel, Reina, ada di tangan lo, Arkan!"
Keributan teralihkan dengan suara bising dan panik saling berseruan di tepi jalan kenanga. Banyak orang yang berlarian ke tepi jalan raya dan sedikit menjauh dari jalan.
Devan mencekal lengan Pandu yang kebetulan lewat. "Ndu, ada apa?"
"Itu ... katanya ada pengendara mobil yang remnya blong sedang kearah sini!"
"Rem blong?" Pandu menganggukkan kepalanya. "Dan dari anak-anak yang lihat di pertigaan jalan kenanga tadi katanya pengendara mobil itu, Reina."
Semuanya menatap Pandu dengan keterkejutan terkecuali Katya. Pasokan udara disekitar mereka seakan-akan habis, begitu sesak. Jantungnya berpacu lebih cepat seperti waktu yang berlalu dengan begitu cepatnya.
Devan segera berlari menuju tepi jalan memastikan apakah yang dikatakan Pandu itu benar, jika pengendara mobil itu adalah Reina.
Dari kejauhan pemuda itu dapat melihat Reina benar-benar berada didalam mobil itu, tepat dibalik kemudi. Wajahnya begitu terlihat cemas dan ketakutan. Devan dapat melihat Reina yang melihatnya dan menatapnya sesaat sebelum pandangannya kembali fokus pada jalan. Dari raut wajahnya gadis itu seperti tengah berujar. "Dev, aku takut." Bibir gadis itu juga terlihat bergetar.
Devan menggelengkan kepalanya. "Tenang, Na. Semua pasti baik-baik aja. Ngga akan terjadi apa-apa. Percaya sama aku." Lirihnya meyakinkan dirinya sendiri. Bibirnya mungkin bisa melontarkan kalimat itu. Tetapi dalam lubuk hatinya pemuda itu juga merasakan ketakutan yang sama dengan Reina.
Mobil itu mendekat hanya berjarak 2 meter dari Devan, Arkan, dan lainnya. Reina tersenyum dibalik kaca mobil, melambaikan tangannya pada semua sahabat dan teman-temannya. Sebelum akhirnya ada sebuah kendaraan dari arah berlawanan yang membuat gadis itu membanting stirnya ke arah kiri dan menabrak pembatas jalan.
'Brak!'
Karena kecepatan mobil itu yang terbilang tinggi membuat mobil itu melewati pembatas jalan, terjatuh dan berguling menuju jurang. Kisah happy ending, akhir yang bahagia mungkin tidak akan pernah berpihak pada dirinya.
"Nana!" Teriak semuanya.
Pandangan mereka tak luput dari tempat dimana Reina menghilang. Menatap sendu tak mempercayai apa yang baru saja mereka lihat.
Katya meremas kuat hoodie yang dikenakannya dengan pandangan acuh tak acuh. Namun, tak ayal pula gadis itu meneteskan air matanya.
Devan berlari dan menatap jurang di depannya dengan asap yang mengepul dari bawah sana. Terdengar pula bunyi ledakan dari bawah sana. Awan mulai mengabu dengan isak tangisnya. Guntur ikut menyertai sang hujan.
Tubuhnya merosot ketanah. Tangannya meremas kuat rumput-rumput di sampingnya. Menatap tak percaya apa yang baru saja terjadi. "Nanaaaa!" Teriaknya dengan suara bergetar, air matanya mulai berlinang di sudut matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baradam (Completed)
Teen FictionPart akan dihapus pertanggal 13 Agustus 2022 untuk proses Revisi ulang! (Utamakan follow terlebih dahulu sebelum membaca^_^) PERINGATAN KERAS! MENGANDUNG BANYAK ADEGAN BAWANG! JANGAN MEMBACA KALAU TIDAK KUAT! SIAPKAN TISU DAN HATI YANG KUAT:) -Kamu...