|26.| Masalah Sepele?

239 35 5
                                    

Happy Reading📖

Pemuda tampan berdiri di balkon kamarnya. Menatap bayangan gadis yang terlihat dari balik jendela kamar. Rumah di hadapannya sudah cukup sunyi. Hanya tersisa cahaya dari dalam kamar gadis itu saja.

Pemuda itu Devan. Ia merasa Reina sedang tidak baik-baik saja. Setelah kembali bersama Chiko, Reina masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Chiko. Gadis itu hanya berlalu dan masuk kedalam rumahnya. Setelahnya Devan melihat bayangan Reina yang membuang sembarang tasnya dan merebahkan dirinya pada kasur.

Sesekali pemuda itu juga melihat bayangan gadis itu. Ia dapat menebaknya, penampilan gadis itu yang begitu berantakan karena tirai yang sedikit terbuka tertiup angin.

Gadis itu berjalan menuju pintu balkon. Reina menatap pada balkon di hadapannya. Air mata Reina tak kuasa ia tahan, meluncur bebas membasahi pipinya. Gadis itu cepat-cepat mengunci balkon dan menutup tirainya. Tubuhnya merosot dan bersandar pada pintu balkon.

"Dia bukan cowo yang baik!"

Tangisnya kembali mengisi irama di dalam kamarnya. Ia merasa ucapan pemuda itu mungkin saja benar.

'Ting!'

Ponselnya bergetar lama menandakan sebuah pesan masuk dalam ponselnya. Gadis itu merogoh saku celananya.

21:03
Chiko Keitaro
Reina
Kamu marah?
Maaf
Na?
Reina?
Aku minta maaf soal tadi
Maafin ya
Aku ngga ada maksud kaya gitu

Reina hanya membacanya tanpa membalas pesan itu. Selepasnya mematikan ponselnya dan melemparnya diatas kasur. Gadis itu menyandarkan dirinya pada tepi kasur. Tangannya ia jadikan bantal. Sesekali isakan itu keluar dari bibirnya. Tangisnya membawa ia tertidur tanpa ia sadari.

***

Pagi ini keributan di tengah koridor tak dapat dihindari. Menjadi keributan yang paling banyak diminati untuk di tonton di pagi buta. Menjadi tontonan akhir pekan sebelum senin depan pelaksanaan ujian akhir semester 1 dimulai.

"B*ngs*t!"

'Bugh!'

"Lo apain, Nana hah? Sampe dia nangis-nangis?!"

'Bugh!'

Pukulan demi pukulan terus di tujukan Devan pada Chiko. Pukulannya tak begitu membabi buta tetapi cukup untuk membuat memar-memar di sekitar wajahnya.

"Apa urusan lo?! Dia aja yang cengeng!" Chiko masih terus mencoba melepaskan cengkraman tangan Devan pada kerah kemejanya.

"Jelas ini urusan gue anj*ng! Karena Nana itu ... "

Chiko menatap tepat pada iris Devan. Sebelah alisnya terangkat. "Apa?! Nana itu apa? Lo suka sama Reina kan? Iyakan?! Itu kenyataannya kan?!"

Di antara kerumunan, Reina juga menyaksikan pertengkaran itu. Dia hanya menyaksikannya tanpa ada niatan untuk melerai keduanya. Tatapan matanya kosong.

"Nana!" Ujar Chiko yang pertama kali menyadari kehadiran Reina di antara kerumunan.

Devan ikut menoleh. Tangannya perlahan mengendur melepaskan cengkramannya pada kerah Chiko.

Keduanya saling menatap Reina. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan meninggalakn kerumunan.

Chiko berlari mengejar Reina. Sedangkan Devan, dia tetap berdiri di tempatnya. Menatap kepergian Chiko dan juga Reina.

***

"Na! Berhenti, Na!" Teriak Chiko di sela larinya.

Reina terus berlari sekuat tenaga menghindari Chiko. Hanya satu keinginannya. Ia tak ingin bertemu dan berbicara dengan pemuda itu.

Chiko meraih lengan Reina. Secara otomatis Reina menghentikan laju larinya.

"Lo marah soal semalem? Cuma gara-gara itu lo marah? Cuma masalah sepele, Na?!"

Gadis itu melepaskan tangan Chiko pada lengannya, memutar tubuhnya menghadap Chiko. Ditatapnya netra hitam itu. "Lo bilang apa? Masalah sepele? Hal begitu ... lo bilang SEPELE?! Lo kira semua cewe itu sama?! Lo kira gue ini cewe yang ngga punya harga diri kaya cewe lain yang pernah lo tiduri?!" Suara Reina bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca. Dadanya naik turun selaras dengan emosinya.

"Stop sampai sini! Jangan deketin gue lagi!"

***

Wah kira-kira ada masalah apa ya? Kok keliatannya Reina marah banget.

See you next part♥️

Salam kak es, stnrmh

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang