|17.| Mau ngga lo jadi pacar gue?

282 38 36
                                    

Note: ada beberapa adegan uwwu. Siapkan bantal untuk menjadi pelampiasan. Semoga kalian ikut terbawa dengan part kali ini♥️

Happy reading📖

Perihal jatuh cinta. Semua orang pastinya akan merasakannya. Rasa itu akan tumbuh dengan sendirinya tanpa kamu ketahui dan tanpa meminta izin terlebih dahulu pada tuannya.

Ketika rasa itu telah tumbuh dalam dirimu dan kamu telah merasakannya. Jangan pernah membiarkan rasa itu menguasai dirimu saat itu juga. Cinta itu bersahabat dengan benci.

Ya, kamu mungkin tengah merasakan bahagia dari rasa itu. Tapi ketahuilah jatuh cinta juga bersahabat dengan rasa sakit. Jangan biarkan dirimu nantinya merasa sakit dan sedih karena hal itu. Walaupun jatuh cinta dan patah hati adalah hal yang biasa.

Itu yang ku ketahui tentang jatuh cinta. Ketika hatiku berhasil di patahkan berulang kali oleh orang yang sama.

****

Reina mendudukkan dirinya di kursi panjang perpustakaan tepatnya di pojok kanan dekat jendela. Ia menutup wajahnya dengan buku yang ia buka secara acak. Matanya melirik kesana-kemari seperti tengah bersembunyi dari seseorang.

'Huft!'

"Akhirnya gue bisa lepas juga dari tuh orang."

"Gila kali ya tuh orang! Hari ini udah berapa kali coba dia ngikutin gue dan muncul terus di hadapan gue. Rese banget!"

Seseorang menarik buku dari tangan Reina. Reina melototkan kedua bola matanya, ketika mengetahui siapa sang pelaku. Gadis itu rasanya ingin menangis saat itu juga.

"Siapa yang rese?" Ujar pemuda itu mendudukkan dirinya di kursi depan Reina. Lengkungan senyum juga terbit dari bibir pemuda itu.

Reina menidurkan kepalanya miring ke atas meja dengan tangan kanannya yang ia jadikan alas kepalanya. "Pake nanya lagi, udah jelas elo lah, siapa lagi!"

"Lo ngapain si ngikutin gue mulu! Udah gue bilang kan jangan muncul di hadapan gue lagi. Bosen gue ngelihatnya bikin sepet mata gue aja!" Reina menutup wajahnya dengan tangan kirinya.

Tiba-tiba saja pemuda itu ikut menidurkan kepalanya ke atas meja menghadap wajah Reina. Reina terkejut dan refleks memundurkan kepalanya kebelakang, alhasil kepalanya terpentok tembok. "Awh, jauh-jauh sana. Jangan deket-deket!" Usirnya dengan tangan yang di lambai-lambaikan.

"Boleh aku minta waktumu sedikit ngga? Aku rindu."

Reina menegakkan kepalanya, ditatapnya pemuda di hadapannya itu. Lantas tertawa mendengarnya. Bukan karena gombalannya tetapi karena pemuda di hadapannya menggunakan kosa kata aku.

"Tau ngga, ada 3 hal di dunia ini yang tidak bisa kuhitung?" Tanya pemuda.

Reina mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Jumlah bintang di langit, ikan di laut dan cintaku padamu. Eaaa." Pemuda itu tersenyum ketika mengatakan kalimat itu. Tangannya memegang perutnya menahan senyuman yang bisa saja membuat perutnya kram.

Reina menahan senyumannya. Pandangannya menatap kearah lain. "Apa sih receh banget deh."

"Receh-receh gini juga lo ngga bisa ngasih kembalian kan?"

"Tau ah!" Reina bangkit berdiri dari duduknya.

Baru satu langkah melangkah. Pergelangan tangannya di tahan oleh pemuda itu. Reina menatap pergelangan tangannya, kemudian beralih menatap pemuda itu. Pemuda itu bangkit dari duduknya dan menundukkan kepalanya. Mata mereka saling bertemu. "Mau ngga jadi pacar gue?"

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang