|13.| Senin Sendu

280 38 55
                                    

Happy reading📖

Hari senin adalah hari yang paling di benci oleh sebagian para pelajar. Apakah kamu termasuk salah satunya?

Hari senin adalah hari yang paling membosankan dan hari yang melelahkan. Dimana gerbang sekolah pastinya akan di tutup lebih awal karena persiapan upacara bendera. Sehingga kamu harus datang lebih awal dari hari-hari biasanya. Belum lagi harus mendengarkan amanat upacara dari sang pembina yang biasanya memerlukan waktu yang tak sedikit. Dan disaat itu pula banyak anak-anak yang kakinya menjadi pendek sebelah dan mengeluh akibat panasnya terik mentari.

Mungkin saat ini kamu akan selalu menggosipkan dan membenci, kenapa harus ada hari senin. Tapi percayalah, suatu saat nanti. Hari itulah yang paling kamu rindukan. Hari dimana kamu akan selalu mengeluh terhadap teman dekatmu. Tentang seberapa lelahnya kamu berdiri dan seberapa panasnya kamu berdiri di bawah teriknya sinar mentari. Kemudian bagaimana kamu bersengkongkol dengan teman sebarismu untuk berpura-pura sakit agar diijinkan berteduh di brankar UKS. Meminum teh dan memakan roti dari petugas UKS. Setelahnya mengikuti pelajaran matematika yang membuat otakmu menjadi kusut. Atau mungkin menjadi surga dunia bagi pelajar ketika jamkos tiba setelah upacara berakhir. Menghabiskan waktu jamkos di kantin, tidur di kelas, membentuk kerumunan kecil dan menggosipkan sesuatu yang menarik dan lain sebagainya.

"Duh panas banget si!" ujar Bianca mengipas-ngipas tangannya ke area leher dan juga wajahnya. Ia bahkan merogoh saku roknya guna mengambil bedak dan bercermin. "Tuh kan make-up gue jadi luntur gini." Bianca terus mengeluh sambil memoleskan bedak ke wajahnya.

"Udah si, Bi. Masih untung juga kita berdiri paling belakang jadi mataharinya terhalang sama pohon."

"Ck, lagian tuh Bu Yuli lama banget ceramahnya."

"Iya mana kaki gue udah pegel gini. Sampe nih kaki gantian kanan kiri jadi pendek tinggi pendek tinggi karena tumit gue sakit lama lama berdiri." Imbuh Jessica.

"Guys, gue pura-pura pingsan ya, nanti lo semua khawatir terus minta nemenin gue di UKS. Cape nih!"

Berbeda dengan Reina. Ia baru saja datang kesekolah. Ia berjalan dengan santainya di sepanjang koridor, seolah-olah ia tak takut akan terkena hukuman nantinya. Rok yang tingginya 10 cm di atas lutut dengan jas almamaternya yang ia ikat di bagian pinggangnya. Tas yang ia sampirkan di lengan kanannya. Sepatu yang berwarna putih dan juga dasi yang tak ia kenakan. Ia bahkan dengan sengajanya melewati koridor yang terhubung langsung ke arah lapangan upacara dimana upacara masih terus berlangsung.

"Sekarang kalian lihat yang berdiri di depan sini!"

"Tau kenapa mereka semua di hukum berdiri disini?"

"Ya mereka semua adalah siswa-siswi yang suka melanggar peraturan sekolah. Siswa-siswi yang tak bisa disiplin dan juga tertib!"

"Saya ingatkan sekali lagi ketertiban dan kedisiplinan adalah kunci agar sekolah kita bisa maju dan menjadi image sekolah yang bagus!"

"Belajar dan mengajar menjadi mengasyikan."

"Untuk kalian semua yang sudah mampu menerapkan disiplin dan juga ketertiban saya ucapkan terima kasih. Peraturan sekolah harus tetap di jalankan dengan tertib dan disiplin dengan sebaik baiknya. Bla bla blaaa... "

Amanat masih terus berlanjut. Setiap siswa-siswi sudah mengeluh dan ingin segera cepat cepat kembali ke kelasnya masing-masing.

Pak Rahmat yang melihat seorang siswi berjalan di koridor dengan tas yang tersampirkan di lengan kanannya itu segera memanggilnya. "Hei kamu!" Teriak Pak Rahmat.

"Kamu yang lagi jalan!" Lanjutnya.

Mendengar teriakan dari pak Rahmat. Semua siswa dilapangan menoleh pada pak Rahmat. Berlomba-lomba untuk melihat apa yang sedang terjadi. Reina menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh ke arah Pak Rahmat.

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang