|16.| Cafe Pelangi

257 44 8
                                    

Warning! Ada pesan misterius didalamnya dan mungkin juga ada clue untuk mistery selanjutnya. Selamat membaca debgan seksama dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak♥️

Happy reading📖

Setelah insiden kemaren di rootop, dimana Reina mengutarakan isi hatinya yang selama ini ia pendam untuk Devan. Kini hubungan Devan dan juga Reina kian hari, kian retak. Tak ada lagi canda tawa antara Devan dan juga Reina. Tak ada lagi tegur sapa. Tak ada lagi senyuman manis Reina untuk Devan. Tidak ada lagi Reina yang selalu manja pada Devan. Tidak ada lagi Devan yang selalu over protektif pada Reina.

Yang ada kini hanyalah memori yang bahkan mungkin tak ingin di ingat oleh keduanya. Dan kini yang terjadi, mereka bagaikan dua orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain.

Reina sekarang juga telah berubah. Bukan gadis yang ramah terhadap siapapun, bahkan senyuman manis yang biasa terbit dari bibirnya kini tak pernah terbit dari bibirnya. Kini Reina menjadi dingin, tak banyak mengeluarkan kata, bahkan terkadang Reina menjadi seperti orang yang tak mempunyai perasaan, yang memperlakukan orang sesuka hatinya sendiri. Reina kini gampang tersulut amarah.

Seperti sekarang. Reina tengah berada di kantin bersama kelima temannya. Kedua tangan yang disilangkan di depan dadanya dengan Tatapan tajam yang mengarah pada salah seorang gadis di hadapannya itu. Ia menggeram kala melihat noda yang kini memenuhi kemeja sekolahnya. Bahkan kini Reina tengah menjadi tontonan banyak siswa-siswi.

"Ma-maaf kak, a-aku ng-ngga sengaja kak." Gadis di hadapannya itu segera mengambil tisu di saku kemejanya dan mencoba membersihkan noda di kemeja Reina, sesekali gadis itu menundukkan kepalanya. Reina mencengkram kuat tangan gadis itu hingga gadis itu terperanjat kaget dan menatap Reina takut, bahkan Reina dapat mendengar gadis itu menelan ludahnya kasar.

"Lo punya mata ngga si?!" Hardiknya. Sontak gadis itu menundukkan kepalanya. Bahunya bergetar, sudah di pastikan bahwa gadis dihadapannya itu menangis.

Sebelah tangan Reina mencengkram kuat dagu gadis itu, Reina mendekatkan wajahnya pada wajah gadis di hadapannya itu. "Cengeng." Ejeknya, kemudian ia melirik name tag gadis itu Kinara Anggraeni, setelah membaca name tagnya ia pun menganggukkan kepalanya.

"Ta-"

"Kak Nana!" Ujar seorang gadis lain yang berlari mendekat ke arahnya. Reina menoleh ke arah sumber suara. Ia menegakkan tubuhnya dan melepas cengkramannya pada Kinara. Reina merotasikan kedua bola matanya malas dan menyilangkan kembali kedua tangannya di depan dadanya, ia tau betul siapa pemilik suara itu.

"Lo ngga papa kan, Nar?" Ujar gadis itu sesampainya di samping Kinara. Kinara hanya menganggukan kepalanya dengan kepala tertunduk.

Reina menatap tajam gadis di samping Kinara. "Ngga usah ikut cam-"

"Kak Nana ngga boleh gitu sama Nara, Nara ini temen aku!"

"Gue ngga nanya, dan gue juga ngga peduli dia ini siapa lo!" Tunjuk Reina.

"Kak Nana lupa ya?!"

Reina menggeram sampai-sampai giginya bergelutuk. Ia menolehkan kepalanya kesamping dan berlalu pergi meninggalkan area kantin. Bahkan ketika ia akan meninggalkan kantin ia di suguhkan air mineral dingin oleh Lala. Namun, langsung di tepis kasar oleh Reina.

****

Reina kini merebahkan dirinya di atas brankar UKS. Ia memejamkan matanya. Tak berselang lama ia menolehkan kepalanya pada brangkar di sebelahnya yang terhalang oleh tirai. Seseorang di brankar sebelahnya itu menggeser tirai yang menjadi penghalangnya.

Pemuda itu tersenyum. "Halo... akhirnya kita bertemu kembali ya."

Reina menghembuskan nafasnya kasar dan merotasikan kedua bola matanya malas.

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang