|21.| Di tembak

265 34 22
                                    

Happy reading📖

Reina tiba di jalan kenanga. Dia tidak seorang diri, ada Devan di sampingnya. Semuanya menatap kearah Reina, menatap penuh tanya. Karena tak seperti biasanya gadis itu datang bersama pemuda selain Devan.

Reina melirik pada sepenjuru base camp. Hampir semuanya menatapnya. Gadis itu maju beberapa langkah. "Kenapa?" Tanyanya. Gadis itu mengedarkan kembali penglihatannya. "Kenapa pada ngelihatin gue kaya gitu?"

Semuanya hanya diam. Anak-anak yang tengah berakrobat motor juga telah menghentikkan aksinya.

Chiko berjalan kearah pojok kanan menghampiri Revan. Ia kembali berjalan mendekat pada Reina dengan tangannya yang membawa sebuah gitar dan berdiri di hadapan gadis itu. "Gue ngga akan menyia-nyiakan peluang kali ini, Rein." Chiko mulai memetik senar gitar.

Waktu pertama kali🎶
Kulihat dirimu hadir🎶
Rasa hati ini inginkan dirimu🎶

Hati tenang mendengar🎶
Suara indah menyapa🎶
Geloranya hati ini tak kusangka🎶

Rasa ini tak tertahan🎶
Hati ini selalu untukmu🎶

Terimalah lagu ini dari orang biasa🎶
Tapi cintaku padamu luar biasa🎶
Aku tak punya bunga🎶
Aku tak punya harta🎶
Yang kupunya hanyalah hati yang setia🎶
Tulus padamu🎶

Hari hari berganti🎶
Kini cintapun hadir🎶
Melihatmu, memandangmu bagai bidadari🎶
Lentik indah matamu🎶
Manis senyum bibirmu🎶
Hitam panjang rambutmu🎶
Anggun terikat🎶

Rasa ini tak tertahan🎶
Hati ini selalu untukmu🎶

Terimalah lagu dari orang biasa🎶
Tapi cintaku padamu luas biasa🎶
Aku tak punya bunga🎶
Aku tak punya harta🎶
Yang kupunya hanyalah hati yang setia🎶
Tulus padamu🎶

Pemuda itu mengakhiri nyanyiannya. Meletakkan gitar itu di tanah, bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Reina.

Menggapai tangan gadis itu. Menarik Reina mendekat, mengikis jarak dengannya. Mengalungkan tangan kirinya pada leher Reina dengan tangan Reina yang masih tergenggam tangan kiri Chiko. Reina menoleh kesamping, kepalanya mendongak. Ditatapnya netra hitam milik Chiko. Jaraknya sangat dekat, irama jantung yang berdetak dapat mereka rasakan satu sama lain. "Aku mencintaimu." Ujarnya dengan gerakan bibir secara perlahan.

Semuanya terdiam memandang Reina dan Chiko di tengah mereka. Seperti menyaksikan pentas drama romantis. Begitupun juga dengan Reina yang hanya diam membisu. Matanya terus menatap wajah pemuda itu. Rahang kokoh, hidung mancung, lesung pipi di kedua pipinya, bola mata hitam pekatnya, bulu matanya yang sedikit lentik, alis tebal, rambut hitamnya yang menutupi dahinya, sangat sempurna. Aaah kenapa dirinya jadi menilai pemuda itu dengan begitu detailnya? Kenapa jantungnya berdegup menerima perlakuan manis pemuda di hadapannya ini.

"Mau menjadi pacarku?"

Angin malam berhembus begitu kencangnya, meronta seakan-akan ingin mendengar jawaban keluar dari bibirku. Jantungku berdetak 2 kali lebih cepat dari sebelumnya. Ini adalah kali pertama aku diperlakukan dengan begitu sangat manisnya.

Pemuda itu tersenyum membiarkan lesung pipinya terlihat oleh semua orang. "Astaga manisnya." batin Reina.

Pemuda itu semakin mendekatkan wajahnya. Reina dapat merasakan hembusan nafas yang keluar dari hidung pemuda itu, membuat bulu kuduk Reina meremang. Apakah pemuda itu ...

Reina menutup kedua bola matanya. "Sekarang lo pacar gue." Bisiknya tepat ditelinga Reina.

Reina membuka kedua bola matanya. Chiko tadi mengatakan apa? Pacarnya? Kapan dirinya mengiyakan untuk menjadi pacarnya.

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang