|35.| Arkan

191 37 30
                                    

Happy reading📖

Devan Arsennio
18:10

Lagi dimana?

Di jalan

Emang mau kemana?

Gedung tua

Bawa motor? Atau mobil?

Naik bus

Kenapa ngga ngajak aku aja?

Ngga papa
Nanti lagi, Dev. Aku mau turun dari bus.

"Kiri, pak!"

Bus berhenti di halte depan minimarket. Kencangnya angin malam membuat rambut gadis itu berterbangan. Gadis itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket, sedikit menghilangkan rasa dingin yang melanda. Gadis itu berjalan seorang diri menuju gedung tua, ia hanya perlu melewati beberapa gedung untuk sampai pada gedung tua.

Ia berhenti di depan gedung itu, menatapnya sebelum melangkahkan kakinya untuk memasukinya.

Kakinya mulai menaiki tangga dan menuju lantai 2. Tempat dimana ia menyimpan banyak barang dan kenangan dari Binar. Ia sangat merindukannya.

"Klek!"

Pintu terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang pemuda tampan dengan kulitnya yang putih bersih dan tubuhnya yang tinggi semapai. Pemuda itu membalikkan tubuhnya dengan album foto berada di kedua tangannya. Ia juga sama terkejutnya dengan Reina.

"Arka..an."

Di lorong rumah sakit dekat ruang IGD. Seorang gadis dengan beberapa luka dan memar di bagian wajah dan lengan duduk meringkuk dilantai bersandar pada tembok rumah sakit. Ia menunggu hasil pemeriksaan Binar. Harap-harap takdir memberi Binar umur panjang.

Tak berselang lama, 5 remaja datang tergesa-gesa menghampirinya. "Sekarang bagaimana keadaan Binar, Na?" Gadis itu menggelengkan kepalanya.

Lantas satu diantara mereka menghampiri ibu panti. Selama ini Binar hidup di panti tanpa orang tuanya. Ia bahkan tidak mengetahui siapa dan dimana orang tuanya berada.

"Bund! Bund! Binar gimana? Dia baik-baik aja kan?"

Seorang dokter keluar dari ruang IGD. Demuanya berdiri dan menghampiri sang dokter. Reina bangkit berdiri dibantu Arkan dan juga Devan. "Binar gimana, dok?" Tanya Revan.

"Maaf. Nyawa pasien tidak dapat terselamatkan. Karena pasien mendapatkan benturan yang cukup keras dibagain kepalanya, sehingga terjadi pembekuan darah dalam otaknya."

Gadis itu jatuh terduduk dengan air matanya yang terus mengalir. "Maafin gue, Nar. Maafin gue." Suaranya begitu bergetar dan lemah.

Violla dan Katya mendekat. "Ini semua pasti salah lo kan, Na?! Dia tadi bareng sama lo kan? Kenapa bisa Binar sampai meninggal .. dan lo? Lo baik-baik aja? Lo apain Binar hah?!"

Gadis itu mendongak. Penglihatannya buram terhalang air matanya yang berlinang di pelupuk matanya. "Maaf." Gadis itu menunduk. "Maafin gue yang ngga bisa ngejaga, Binar."

"Apa lo kira dengan kata maaf bisa ngembaliin Binar lagi? Apa lo bisa buat Binar hidup kembali? Engga kan?!"

Reina menggelengkan kepalanya. "Ta--tapi ... ini bukan salah gue. Gue ngga ngelakuin apa-apa."

"Halah. Bohong. Lo taukan kalau Binar itu suka sama Arkan dan lo ngga mau nantinya Binar sama Arkan. Makanya lo bunuh dia, kan?!"

"Engga ... engga kaya gitu." Lirih Reina.

"Dasar pembunuh!"

"Gue ngga nyangka, lo setega itu sama sahabat lo sendiri, Na." Tambah Revan, pemuda itu berbalik badan dan meninggalkan Reina. Pemuda itu berjalan menyusul Katya dan juga Violla yang menjauhkan diri dari Reina.

"Arkan." Panggilnya. Reina menatapnya tapi pemuda itu memalingkan pandangannya. "Lo ... percaya sama gue kan? Gue ngga ngebunuh Binar. Gue ngga sejahat itu."  Arkan bangkit berdiri dan ikut meninggalkannya. Kini hanya ada Devan seorang yang masih tinggal di tempat.

Gadis itu menoleh pada Devan. Pemuda itu merengkuh tubuh Reina, memeluknya dengan erat. "Dev, kamu percaya kan sama aku? Aku ngga mungkin ngelakuin hal sekeji itu."

2 tahun lebih pemuda itu meninggalkannya ... dan kini? Dia kembali. Pemuda itu mendekat, gadis itu memundurkan langkahnya. "Stop!" Tangannya terulur kedepan memberi peringatan agar Arkan menghentikkan langkah kakinya. "Stop disitu! Jangan deketin gue!" Nafasnya tak beraturan. Lagi lagi gadis itu meneteskan air matanya.

Gadis itu memundurkan beberapa langkah kakinya sebelum akhirnya ia membalikkan tubuhnya dan berlari menuruni tangga. Pemuda itu tak tinggal diam. Ia mengejar Reina. Pemuda itu semakin dekat dengan Reina, beruntungnya ia memiliki kaki jenjang sehingga tak membutuhkan waktu lama untuk pemuda itu meraih pergelangan tangan gadis itu dan membalik tubuh gadis itu. "Lo kenapa lari, Na? Lo ngga kangen sama gue?" Ujarnya disertai dengan senyuman.

Gadis itu menyentak kasar tangan pemuda itu. "Engga!"

Gadis itu kembali berlari dan meninggalkan gedung tua itu. Tanpa ia sadari, Arkan telah mengambil ponselnya.

***

Arkan membiarkan gadis itu berlari menjauhinya. Ia tahu Reina kecewa dengannya karena waktu itu dirinya tak mempercayainya. Justru dirinya meninggalkan gadis itu dalam keterpurukan dan meninggalkannya seorang diri.

Pemuda itu kembali menaiki tangga dengan ponsel Reina yang tadi ia ambil sewaktu dirinya berhasil menggapai Reina. Awalnya dirinya hanya ingin iseng untuk membuat gadis itu marah dan berakhir dengan bercerita dan makan bersama malam ini. Namun, sepertinya gadis itu sedang dalam mode tidak ingin di ganggu.

'Ting!'

Sebuah notifikasi masuk dalam ponsel Reina. Pemuda itu meliriknya dan membuka ponsel Reina. Beruntungnya pemuda itu, karena Reina tidak mengunci ponselnya dalam bentuk password, kata sandi, ataupun pola.

0812765*****

Kamu tidak akan dapat merubah kenyataan, bahwa kamu adalah seorang pembunuh!

-B21/11

Kening Arkan mengkerut. "B21/11?" Pemuda itu tampak memikirkan soal kode angka tersebut. Pemuda itu merogoh sakunya dan meraih ponselnya. Pemuda itu mencari nama seseorang di kontak teleponnya. Telepon tersambung. Tak membutuhkan waktu lama untuk mendapat balasan dari orang di seberang sana.

Halo? Ar?

Lo yang selalu ngirimin pesan lewat media sms ke Reina? Berisi ancaman dan beberapa tentang almarhumah Binar?

Ya ngga lah! Gue cuma ngikutin yang lo suruh. Gue cuma ngirim dia beberapa surat sesuai yang lo suruh, Ar.

Gue cantumin juga tuh kode B21/7 yang seperti kata lo. B untuk Binar. 21 adalah tanggal dimana dia mengalami kecelakaan bersama Binar dan hari dimana Binar meninggal. 7 untuk 7 orang yang bersahabat kala itu kan? Termasuk lo sama gue.

Tapi ada satu orang lagi yang selalu ngirim dia pesan lewat sms.

Dia juga nyelipin kode. B21/11

Gue rasa gue tau siapa orangnya, Ar.

Siapa?

***
Terjawab sudah. Orang yang suka mengirim surat ke Reina yang berisi motifasi dengan kode B21/7 itu sahabatnya. Arkan dan sahabat Reina dari 7 orang itu. Ada yang bisa nebak ngga Arkan sama siapa? Ada gerak-gerik yang kalian curigai sebagai pengirim surat bersama Arkan ngga di antara Devan, Katya, Violla, dan Revan?

See u next part♥️

Salam ka es, stnrmh

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang