|19.| Double Date

263 42 11
                                    

Happy reading📖

Aku melihat pantulan diriku di depan cermin. Menilai penampilanku untuk first date, ya itu untuk pertama kalinya dalam hidupku berkencan dengan seseorang. Biasanya aku hanya pergi makan bersama Devan atau teman-temanku yang lain.

Aku segera bergegas turun menuju pintu dan berlari kecil membuka gerbang rumah, ketika mengetahui bel rumah berbunyi.

Aku tersenyum ketika mengetahui siapa yang datang. Sebenarnya, aku sangat malas untuk jalan bersama pemuda ini, karena aku masih belum mengenal tentang dirinya. Pemuda yang baru beberapa hari ini aku kenal dan dengan tiba-tiba saja menyatakan perasaannya padaku.

Sudah berulang kali aku menolaknya. Tapi pemuda itu justru semakin gencar untuk mendekatiku dan mengikutiku kemanapun aku akan pergi.

Aku melihat jam putih yang melingkar manis pada pergelangan tangan kiriku dan menatap pemuda itu. "Lo kecepatan setengah jam Chiko, kita janjiannya kan jam 5 sore. Tapi, sekarang masih setengah 5." Ujarku sembari membuka gerbang.

Pintu gerbang terbuka. Satu hal yang aku rasakan, rasa sakit. Bukan. Bukan karena Chiko. Melainkan karena pemuda yang aku cintai, pemuda yang sudah 17 tahun lamanya selalu bersamaku. Pemuda yang selalu menghabiskan waktunya bersama dengan diriku. Pemuda yang akan menjadi bahu sandaranku ketika aku membutuhkan sebuah sandaran.

Pemuda itu baru saja membuka gerbang rumahnya dan mengeluarkan kendaraannya. Dia tidak seorang diri, ada perempuan cantik di sebelahnya tengah tersenyum manis padanya. Aku jadi teringat soal perkataan Lala di kantin selolah siang tadi.

Setelah bernyanyi, bercerita, dan tertawa bersama teman sekelas. Kini mereka berenam -Reina, Angel, Lala, Bianca, Jessica, dan juga Raisya- tengah menghabiskan 1 jam kosong sebelum bel istirahat berbunyi di kantin.

'Brak!'

Bianca menggebrak meja dan menatap kelima temannya satu persatu.

"Uhuk.. uhuk.." Angel tersedak makanannya dan menatap tajam sang pelaku. "Lo apa apaan si Bi! Kalo gue mati karena tersedak gimana coba?! Lo mau tanggung jawab hah?!"

Bianca menyengir dan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. "Hehe ... maap elaaah."

"Tau ngga?! gue ada berita hot yang ngga bakal kalian duga!" Ujarnya dengan menggebu-gebu.

Semuanya menatap Bianca, menanti berita apa yang akan di bicarakan oleh Bianca kali ini terkecuali Reina. Hanya Reina yang bersikap acuh tak acuh. "Kalo soal gosip aja langsung pada gercep!" Ujarnya. Tangannya sibuk mengaduk-aduk minumannya yang sesekali dia menyeruputnya.

Semua pandangan beralih pada Reina. Reina mendongak dan balik menatap. "Apa?! Benerkan?"

"Berita kali ini mah beda Rein. Lo pasti bakalan terkejut!" Ujar Bianca kembali dengan begitu semangatnya.

Semuanya kembali menatap Bianca. Reina mendongak, ikut menatap Bianca dan menunjuknya menggunakan sendok yang tadi ia gunakan untuk mengaduk minumannya. "Emangnya ... kali ini gosip apa yang lo bawa, La?"

Bianca memperlihatkan handphone-nya yang menampilkan chat grup dan menujuknya pada beberapa chat. "Kalian tau?! Ternyata! Devan sama Violla udah lama pacaran! Anjir banget kan?! Bisa-bisanya mereka berdua ngga ada satupun yang ngasih tau sama kita!" Lala begitu semangat dalam bercerita, suaranya begitu keras sampai beberapa siswa yang madol di kantin menoleh dan ikut memperhatikannya.

Reina mematung. Hatinya mencelos mendengar pernyataan Devan dan Violla berpacaran. Mereka berdua adalah temannya semenjak mereka masih kecil, tetapi tak ada satu dari mereka berdua yang memberi tahunya.

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang