|18.| XI IPA 3

256 38 19
                                    

Happy reading 📖

Masa sekolah adalah masa dimana kita mengetahui segala hal. Masa dimana, masa yang akan selalu di rindukan ketika perpisahan itu telah tiba.

Masa dimana kita mengetahui cinta kasih di sekolah. Masa dimana kamu akan mengenal banyak teman dengan kepribadian yang berbeda-beda.

Masa dimana kamu merasakan senang ketika melanggar peraturan sekolah. Masa dimana kamu mencari perhatian dari banyak orang.

Dan masa dimana kamu merasakan membenci dan merindukan diwaktu yang bersamaan. Pertengkaran, perdebatan, saling kritik, mentoxic, tertawa, menangis, berpelukan, merangkul. Kebersamaan itu yang akan selalu terekam dalam memori.

Dulunya, aku sangatlah membenci sekolah. Selalu beranggapan dan mengeluh seperti ini "Kalo lagi libur pengennya sekolah, kalo lagi sekolah gini pengennya libur." Ah dasar aku. Apakah ada yang sepemikiran denganku?

***

Hari paling malas ketika bersekolah bagi kebanyakan murid adalah ketika pagi hari disambut dengan hujan deras. Terlebih ini di bulan november. Dimana langit akan lebih sering menangis dengan awannya yang mengabu.

"Ah ya ampun, Div. Bentar lagi masuk. Ayo buruan sebelum gerbangnya di tutup!" Ujar gadis pemilik rambut coklat yang panjangnya sedikit melewati bahu.

Reina menoleh pada gadis itu yang tengah tergesa-gesa pada teman yang di tunggunya di halte depan sekolah.

"Iya-iya bentar, Ra." Ujar gadis lainnya turun dari bus.

Reina terus memperhatikannya dan melihat name tag gadis itu."Adara Aquilla" Dapat Reina pastikan gadis disampingnya ini begitu patuh dengan peraturan sekolah. Reina melirik pada gadis yang tengah turun dari bus itu. Dapat Reina tebak gadis yang tadi dipanggil oleh gadis di sebelahnya ini akan terjatuh kedalam genangan air.

'Bruk!'

Benar saja. Gadis itu terjatuh ketika dorongan siswa-siswi lainnya yang berebut untuk turun dari bus.

"Astaga! Divaa!" Teriak Adara. Gadis itu membuka payungnya dan berlari menghampiri temannya itu.

Reina merotasikan kedua bola matanya dengan tangannya yang bersilang di depan dadanya. Reina melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangan kanannya itu.

"Masih pagi. Gausah buru-buru. Hujan gini juga guru gabakalan masuk ke kelas. Banyak juga guru yang berangkat terlambat." Ujar Reina ketika Adara dan Diva -gadis yang terus diperhatikan oleh Reina- itu kembali menuju halte.

Adara dan Diva menoleh pada Reina. Mereka hanya diam dan menunduk. "I-iya kak."

Reina melirik pada kedua gadis itu. "Ikut gue!" Reina melangkahkan kakinya memasuki gerbang tanpa menggunakan payung dan juga jas hujan. Hanya jaket army yang melindunginya dari rintik hujan.

"Ta-tap---"

Reina berbalik badan dan menatap tajam kedua gadis itu. "Gausah tapi-tapian! Tinggal ikutin gue apa susahnya si?!"

"Maaf kak." Adara menundukkan kepalanya.

"Nih." Reina menyodorkan seragam sekolah dari dalam lokernya.

Adara dan Diva saling pandang dan menatap Reina.

"Ini ambil!" Ujar Reina menggoyang-nggoyangkan baju di tangannya itu karena tak kunjung di ambil oleh kedua gadis itu.

Reina menghembuskan nafas kasar. Merotasikan kedua bola matanya malas dan berjalan mendekat pada dua gadis di hadapannya itu. Menarik tangan Adara dan memberikan seragam sekolah itu di tangannya. "Seragam temen lo ini udah basah dan juga kotor. Ngga mungkin juga kan dia pakai seragamnya selama di sekolah?"

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang