|36.| Janji

196 33 14
                                    

Sebelumnya aku minta maaf atas keterlambatan update, harusnya aku update kemaren tapi karena kendala hujan dan petir yang membuat aku tidak dapat bermain ponsel♥️

Happy reading📖

"Ngga setiap orang bisa belajar dari kesalahan dimasa lalunya."

-Reina Zefanya

Reina berlari meninggalkan gedung tua. Nafasnya tersenggal namun gadis itu belum menghentikkan langkah kakinya. Sampai seseorang menghalangi jalannya.

Kepalanya mendongak, melihat siapa orang yang sudah menghalangi jalannya itu. Langkah kakinya perlahan mundur menjauhi pemuda itu yang semakin memajukan langkah kakinya.

'Glek!'

Gadis itu menelan ludahnya kasar. "Ma-mau apa?!" Gadis itu terus melangkahkan kakinya mundur. Membalikkan tubuhnya dan ...

Pemuda itu berhasil meraih pergelangan tangan gadis itu dan membaliknya. "Gue mau bicara sama lo."

"Engga!" Gadis itu menyentak kasar tangan pemuda itu, membalikkan tubuhnya dengan cepat dan berlari meninggalkan pemuda itu.

Chiko yang mulai geram akan penolakan Reina. Berlari mengejarnya. Meraih pergelangan tangan kanan gadis itu dan menyeretnya. Mau tak mau gadis itu harus mengikuti arah tarikan tangan Chiko.

"Lepas, Chiko! Lepas!" Gadis itu terus memberontak. Dari mencoba melepaskan tangan Chiko secara perlahan dengan tangan kirinya, memukul keras tangan Chiko, dan mencakarnya sudah ia lakukan.

Pemuda itu semakin mengeratkan cengkramannya pada pergelangan tangan gadis itu. "Sakit, Chiko!"

Di lain tempat, Arkan berjalan tergesa-gesa menemui seseorang di jalan kenanga. Amarah telah menguasai dirinya. Pandangannya menyipit mencari seseorang yang di incarnya.

"KATYAA!" Panggilnya dengan lantang.

Gadis itu menoleh dan tersenyum. Ia melambaikan tangan kanannya pada Arkan. Gadis itu juga berjalan menghampiri Arkan. "Hai, Arkan."

"Dimana Reina?!" Gadis itu mengernyitkan dahinya. "Reina? Ngga tau tuh."

Pemuda itu maju selangkah mendekat. "Lo ngga usah pura-pura ngga tau. Dimana Reina?!"

Gadis itu merotasikan kedua bola matanya. Kedua tangannya bersilang manis di depan dadanya. "Udah gue bilang kan. Kalo gue ngga tau, Arkan!"

"Lo kan yang selalu mengirimi Reina pesan yang selalu berisi ancaman dan tentang kejadian Binar 2 tahun lalu?!" Pemuda itu memperlihatkan isi pesan itu Katya.

Gadis itu menatap layar ponsel Reina. "Oh." Kepalanya mendongak, dengan berani di tatapnya netra coklat itu. "Gue ngga tau. Itu bukan gue."

"Lo--"

"Kalo ngga percaya, coba aja lo telfon nomornya. Kalo itu adalah gue udah pasti handphone gue akan berbunyi." Tuturnya. Gadis itu juga mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkannya pada Arkan.

Arkan tersenyum. "Jelas ponsel lo ngga akan berbunyi karena lo menyimpan kartu itu di handphone cadangan lo atau ... lo udah membuang simcard nya. Gue ngga sebodoh itu, Katya!"

Gadis itu tersenyum balik. "Kan lo belum coba, gimana bisa lo tau hasilnya?" Kedua tangan arkan mengepal kuat. "Oke! Akan gue telfon dan ... kalo dugaan gue bener kalo lo adalah dalangnya jangan berharap kita masih bisa berteman!"

Arkan memencet tombol bergambar telepon. Telepon itu tersambung dan benar saja ponsel Katya tidak berdering.

"Halo"

"Halo, ini siapa?"

Pemuda itu mengenyitkan dahinya, ditatapnya gadis itu yang tengah tersenyum dengan alisnya yang terangkat sebelah. Arkan mematikan sambungan teleponnya itu dan membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan gadis itu.

"Lo tau, Arkan." Mendengar Katya berbicara padanya membuat ia menghentikkan langkah kakinya. Pemuda itu menolehkan kepalanya kesamping tanpa membalikkan tubuhnya, menunggu kelanjutan kalimat dari Katya. " ... itu adalah suara Violla dan itu, juga nomor ponsel Violla." Ujarnya.

Pemuda itu membalikkan tubuhnya dan mendekat pada Katya dengan keningnya yang mengkerut. "Violla?"

"Iya, Violla."

***

"Jadi lo ngga mau ngasih kesempatan kedua sama gue, Na?!"

"Chiko. Ngga setiap orang bisa belajar dari kesalahan dimasa lalunya."

"Kenapa? Gue bisa belajar kok."

"Tapi, gue rasa lo juga menjadi salah satu dari mereka yang ngga bisa belajar dari kesalahannya, Chiko."

"Belum dicoba. Bagaimana bisa lo menilai gue gitu aja, Reina!"

"Gue udah sering ngasih lo kesempatan untuk memperbaiki sikap lo, untuk ngga melakukan kesalahan yang sama. Tapi hasilnya berakhir dengan sama, gue dikhianati. Gue tanya, udah berapa kali lo selingkuh dari gue? Lebih dari satu kali kan? Gue juga tau kalo lo selama ini membohongi gue. Lo juga cuma membutuhkan materi gue kan, Chiko?"

"Na, gue mohon kasih gue satu kali kesempatan lagi. Gue janji ngga akan melakukan kesalahan yang sama, Na."

"Jangan pernah berjanji, kalo lo ngga mampu untuk menepatinya dan berhentilah memberikan sebuah omong kosong itu kepada gue, Chiko. Karena, sekarang gue udah ngga mampu untuk percaya lagi sama lo."

"Oke kalo gitu!" Pemuda itu mendorong tubuh Reina dengan kasar. "Gue akan lakukan segalanya biar lo bisa jadi milik gue. Apapun itu!"

Gadis itu cepat-cepat beranjak berdiri sebelum Chiko melakukan hal-hal yang melewati batas. Gadis itu berjalan mundur dengan perlahan. Tubuhnya masih lemah karena imunitas tubuhnya yang begitu lemah, rasa pusing dan suhu tubuh yang masih terbilang lumayan panas masih belum kunjung turun sepenuhnya. "Berhenti! GUE BILANG BERHENTI, CHIKO!" Teriaknya. "Jangan macam-macam, Chiko." Gadis itu menggelengkan kepalanya. Ia harus cepat-cepat pergi dan terlepas dari bajingan di hadapannya ini.

Jantung Reina berpacu semakin cepat dengan semakin dekatnya jarak pemuda itu dengan dirinya. "Jangan mendekat, jangan mendekat." Lirihnya.

Pemuda itu menarik pergelangan tangan gadis itu dan menguncinya. Pemuda itu mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Reina. Gadis itu memejamkan kedua bola matanya rapat-rapat. Apakah Reina harus pasrah dengan semua perlakuan Chiko?

***

Ada kata yang ingin disampaikan untuk part kali ini?

Oh iya, mungkin 2 atau 3 part lagi akan ending ya tapi tenang aja aku udah nyiapin beberapa extra part + lagi bikin bagan sequel baradam😄

See you next part♥️

Salam ka es, stnrmh

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang