Sebelum membaca jangan lupa untuk klik bintang di pojok kiri⭐
Happy reading📖
"Reina! Reina! Reina!"
"Ayo, Rein, lo pasti bisa!"
Suara sorak sorai begitu bergemuruh di jalan kenanga. Banyak sorakan semangat untuk Reina. Garis finish semakin dekat, begitupun dengan semakin kerasnya suara yang memanggil-manggil namanya, Reina.
Reina melirik pada kaca spionnya. Rupanya lawannya kali ini sangatlah mudah ia kalahkan. Dengan sengaja Reina menurunkan kecepatan motornya, membiarkan sang lawan menyelipnya. Para penonton semakin berteriak dan merasa bingung, ada apa dengan Reina yang semakin memelankan kecepatannya?
Terlebih beberapa meter lagi motor merah yang tak lain adalah lawan Reina itu menuju garis finish dan para penonton semakin geram dengan Reina, kenapa dia tak seperti biasanya?
Reina tersenyum dan dengan cepat Reina menambah kecepatan motornya sampai akhirnya ...
"Yeay!"
"Reina!"
"Baradam!"
"Reina!"
"Baradam!"
Reina tiba terlebih dahulu di garis finish dengan motor hitam besarnya yang telah dimodifikasi hingga membuat siapapun yang berada di jalan kenanga pasti akan memperhatikannya. Reina membuka helmnya dan menaruhnya di atas sepeda motornya itu. Dan jangan lupakan rambut yang langsung tergerai begitu saja pastinya akan membuat semua cowo akan bertekuk lutut dengan pesonanya. Reina meluruskan pandangannya tak lupa dengan senyuman manisnya hingga memperlihatkan lesung pipinya. Dia membenarkan poninya yang sempat rusak karena tertutup helm.
Reina Zefanya. Gadis dengan rambut coklat sepanjang punggung, bermata hazel coklat madu, hidung mancung, serta bibirnya yang tipis. Ketua geng Baradam, geng paling di segani dan di takuti oleh banyak orang. Semboyannya adalah "Jangan pernah menyalakan api, jika tak mampu memadamkan baranya"
Mungkin semboyan itu sebagai peringatan untuk siapapun jangan pernah mencari masalah dengan baradam. Masalah adalah api. Ketika kamu menyalakan api. Api itu akan dengan sendirinya membesar dan semakin besar. Kamu mungkin bisa memadamkan apinya. Tapi tidak dengan baranya. Bara itu akan padam setelah memakan waktu yang cukup lama.
"Ah! Gila lo, Rein! Gue kira lo bakalan kalah dari si Revan," ujar gadis dengan rambut blonde, Angel. Gadis itu berjalan menghampiri Reina seraya melayangkan telapak tangannya untuk bertos ria bersama Reina.
"Yakali, gue kalah sama cowo kek dia." Matanya melirik ke arah Revan yang tengah menatapnya sinis. Reina berjalan menghampiri Revan di ikuti dengan ke tujuh temannya -Katya, Violla, Angel, Lala, Bianca, Jessica, dan juga Raisya-
Reina mendongakkan kepalanya menatap Revan. Sudut bibirnya mengembang sempurna. Tangan kanannya ia ulurkan Di depan Revan.
Revan menatap Reina dengan alis terangkat sebelah, "Apaan?"
Reina memberi isyarat lewat ekor matanya agar Revan segera menjabat tangannya. "Selamat. Selamat atas kekalahan lo untuk yang ke sekian kalinya. Pecundang!"
Revan mengepalkan kedua tangannya. "Maksud lo apa?! Maksud lo apaan HAH?!"
Baru saja Reina membalikkan tubuhnya dan akan melangkahkan kakinya. Namun, suara yang keluar dari Revan membuat ia membalikkan badannya dan berjalan beberapa langkah mendekat pada Revan. Ia tersenyum. "Kenapa? Bukannya bener kalo lo itu kalah kan, dan lo ... pecundang!"
Gadis itu membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti. Reina segera membanting tubuh Revan, ketika tangan Revan baru saja menyentuh bahunya. Ia tahu Revan akan berbuat sesuatu terhadap dirinya, karena Revan termasuk orang yang gampang tersulut emosi. Memang tak ada salah dirinya pernah belajar bela diri.
Reina berjongkok dan tersenyum pada Revan yang tergeletak di tanah. "Lain kali kalo mau buat kekacauan jangan sampai meninggalkan jejak." Reina menepuk-nepuk pelan pipi Revan.
Reina bangkit berdiri. Tangannya merogoh saku celananya dan melempar benda kecil ke arah Revan. "Itu punya lo kan?"
Revan mengambilnya. Itu kalung 2 tahun yang lalu. Kalung yang hanya dimiliki oleh 7 anak dengan inisial tersendiri di kalung itu. Ia membulatkan kedua bola matanya dan bangkit berdiri. "Dari mana lo--"
"Gue tau, lo dan geng sialan lo itu yang udah buat tempat tongkrongan anak baradam dan juga anak pasdar itu berantakan kan?!"
Reina menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Berjalan 2 langkah ke depan dan mengikis jarak antara dirinya dengan Revan. Reina mendongakkan kepalanya menatap Revan. "Gue peringatin sekali lagi, jangan pernah mencari masalah dengan baradam kalo lo ngga mau mati!"
****
Salam manis
stnrmh
KAMU SEDANG MEMBACA
Baradam (Completed)
Teen FictionPart akan dihapus pertanggal 13 Agustus 2022 untuk proses Revisi ulang! (Utamakan follow terlebih dahulu sebelum membaca^_^) PERINGATAN KERAS! MENGANDUNG BANYAK ADEGAN BAWANG! JANGAN MEMBACA KALAU TIDAK KUAT! SIAPKAN TISU DAN HATI YANG KUAT:) -Kamu...