|20.| Mahkota

261 41 46
                                    

Selamat tahun baru 2021. Semoga di tahun 2021 menjadi awal kebahagiaan dan kebangkitan setelah terpuruk akibat pandemi.

Pengen tau dong. Apa harapan kalian di tahun 2021?

Happy reading📖

'Prok prok prok!'

Suara tepuk tangan untuk Reina begitu meriah. Reina menundukkan tubuhnya, memberi hormat pada seluruh pengunjung cafe sore ini. Setelahnya, ia bergegas turun dan berjalan menuju meja dimana Violla, Devan, dan juga Chiko tempati.

"Wah! Tadi penampilan lo keren banget sumpah! Gue ngga nyangka pacar gue pinter nyanyi sama main alat musik, piano lagi!"

Reina menoleh pada Chiko memberi tatapan tak suka. Tadi barusan dia bilang apa?

"Pacar?" Tanya Violla.

Chiko menoleh pada Violla. Melirik Reina sebentar setelahnya kembali menoleh pada Violla. Menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal dan tersenyum sumbang. "Hehe.. eum .. calon pacar maksud gue. Ah iya calon pacar."

"Kalian berdua mau pacaran? Iyakah Rein apa yang tadi Chiko katakan? Wah kalau begitu selamat ya!"

Reina yang tengah meminum-minumannya pun menghentikannya. Melirik tajam kearah Chiko dan menatap satu persatu Violla, Devan, dan juga Chiko bergantian. Reina menatap cukup lama pada Devan yang juga tengah menatapnya, seperti tengah menunggu jawaban keluar dari mulutnya. Reina menganggukkan kepalanya. "Ya! Dalam waktu dekat ini, gue dan Chiko akan resmi berpacaran."

"Ah senangnya mendengar semua ini." Violla tersenyum. Mendongakkan kepalanya menatap Devan. Tangannya melingkar manis pada pinggang Devan, memeluknya dari samping. "Iyakan sayang?"

Devan terdiam. Pandangan matanya masih tertuju pada Reina.

"Sayang?"

Lamunan Devan buyar. Ia menundukkan kepalanya menatap Violla yang tengah tersenyum. "I-iya"

Reina beranjak dari duduknya, berjalan menuju pembatas rooftop. Menatap kedepan, melihat indahnya kota di sore hari dari atas dengan di temani senja. Sepoi-sepoi angin sore menerpa wajahnya yang tertutup jutaan topeng. Memberikan sensasi sejuk dalam tubuhnya.

Angin itu terus menerpanya, membuat rambutnya berterbangan tak beraturan. Reina menoleh kebelakang ketika seseorang menyatukan rambutnya. "Jangan bergerak, nanti lepas."

Pemuda itu menengadahkan tangan kanannya. "Ikat rambut?"

Reina merogoh saku celananya dan memberikan ikat rambut kecil. Dia menerimanya dan mengikat rambut Reina dengan begitu telatennya. "Selesai"

Kepala Reina tertunduk dengan kedua tangannya yang berada di dalam saku hoodie. Chiko berdiri di samping Reina. Kedua tangannya memegang bahu Reina dan merubah posisinya menjadi saling berhadapan. "Kenapa?" Tanya Chiko.

Reina masih menundukkan kepalanya.

"Kenapa?" Ulang Chiko. "Kenapa menunduk?" Tangannya menyentuh dagu Reina dan membawanya untuk menatap iris matanya. "Ada yang pernah mengatakan sama gue, katanya cewe itu ngga boleh menunduk. Katanya pula, nanti mahkotanya bisa jatuh kalau terus menunduk."

Reina terus menatapnya. Kini kedua tangan Chiko terlipat manis di depan dadanya. Tubuhnya ia condongkan, kini wajahnya dengan wajah Reina begitu dekat hanya berjarak satu jengkal saja. "Eh, ngga apa deh kalo jatuh."

Reina masih setia menatap Chiko. Alisnya terangkat sebelah dengan dahinya yang mengkerut menanti kalimat yang akan di ucapkan oleh Chiko.

"Kan ... ada gue yang akan mengambilnya dan memasangkannya kembali di atas kepala tuan putri. Bukankah begitu tuan putri?" Chiko tersenyum dan menegakkan tubuhnya kembali.

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang