|29.| Putus?

170 33 14
                                    

Warning! Mulai memasuki bab-bab pengen mukul orang!

Happy Reading📖

"Kamu sumber bahagiaku, tapi kamu jugalah sumber tangisanku."

-Reina Zefanya.

***

Siang telah berganti malam. Jam terus berputar tiada henti. Langkah terus berjalan menggores cerita hidup.

Seorang gadis dengan seragam sekolah yang masih melekat dalam tubuhnya duduk bersandar di atap gedung tua. Kedua telinganya tersumpal earphone dengan lagu "Happy Ending" yang ia dengar. Tatapan matanya melihat gedung-gedung pencakar langit dan bangunan kota yang dipenuhi lampu. Tatapannya meredup, ada rindu yang tersembunyi di dalamnya. Ada rasa sedih dan penyesalan yang selalu ia rasa.

Ponsel disaku kemejanya bergetar membuat gadis itu terkejut. Ia mengambil benda persegi panjang itu dan mengecek notifikasi yang baru saja masuk.

081234567890
20:15
Pulang!

Reina memejamkan kedua bola matanya. Menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan kasar. Ia memasukkan kembali ponselnya dalam saku kemejanya. Ia melihat sekilas pemandangan kota di depannya, sebelum akhirnya, ia beranjak dari duduknya dan meninggalkan gedung itu.

Dalam perjalanan pulang. Ia akan mampir sebentar ke minimarket terdekat. Tasnya ia genggam erat-erat. Kedua telinganya masih tertempel manis sebuah earphone.

Gadis itu segera masuk kedalam minimarket. Ia berjalan menuju lemari es dan mengambil satu kotak susu strowberry dan berjalan menuju rak roti. Setelah dirasa cukup, ia berjalan menuju kasir.

Gadis itu mendudukkan dirinya di kursi depan yang di sediakan oleh minimarket. Dia akan memakannya sebelum kembali ke rumah.

Tak berselang lama pandangannya melihat seseorang yang sangat ia kenali tengah bersama seorang wanita. Wanita itu bergelayut manja memeluk lengan pemuda itu.

Melihat itu, hatinya mencelos. Ia teringat perkataan Devan siang tadi.

"Dia cuma akan buat lo sakit hati, Na!"

"Dia cuma akan buat lo sakit hati, Na!"

Gadis itu segera berlari menghampiri pemuda itu yang tak lain adalah Chiko. Ia menepis kasar tangan wanita yang tengah memeluk lengan Chiko.

Keduanya serempak berbalik badan dan menoleh pada Reina. "Dia siapa?" Tunjuk Reina pada wanita disampingnya. Suara sedikit bergetar.

Chiko menghela nafas kasar. Tangannya merengkuh tubuh wanita itu. "Dia pacar gue. Kenapa?" Tanyanya.

"Kamu tanya kenapa? Aku ini pacar kamu Chiko!"

"Terus kamu mau apa? Putus? Oke kita putus!" Ujarnya dengan enteng.

Reina tidak habis pikir. Apakah selama ini yang dilakukan Chiko adalah kepalsuan. Segala ucapannya, segala tindakannya, perhatiannya. Apa itu palsu?

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Engga mungkin." Gadis itu kembali berlari mengejar Chiko.

Tangannya meraih tangan Chiko dan menggenggamnya. "Aku ngga mau putus. Aku mohon jangan putusin aku. Aku janji aku akan lakuin semuanya untuk kamu." Air matanya sudah tidak dapat ia bendung lagi. Entah kapan dirinya mulai mencintai Chiko.

Chiko tersenyum. Menundukkan dirinya dengan alis terangkat. "Semuanya? Lo yakin?"

"Ya! Iya aku bakalan lakuin semuanya. Aku akan turuti semua keinginan kamu!" Jawabnya tanpa pikir panjang. Gadis itu mengusap air matanya sendiri.

"Oke. Kita ngga jadi putus." Pemuda itu menganggukkan kepalanya. "Tapi ... sekarang gue butuh duit. Jadi gue mau duit." Tangannya menengadah kehadapan Reina.

Gadis itu mendongak. Ditatapnya bola mata pemuda itu. "Uang?" Chiko menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Iya gue mau uang."

Reina membuka tasnya dan mengambil dompet. Ia mengambil selembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya. "Segini cukup?"

"No problem."

Satu langkah pemuda itu melangkahkan kakinya, ia berbalik badan dan menoleh pada Reina. "Sekarang lo pulang aja. Jangan ngikutin gue dan sampai jumpa di sekolah."

****

Gimana hayo? Siapa yang greget?

Siapa yang pengen nonjok Chiko?

Nantikan part selanjutnya nanti malam jam 20:00 WIB

Salam ka es, stnrmh

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang