Happy reading📖
Jadian? Reina kembali teringat bagaimana Chiko tadi memperlakukannya di depan seluruh anggota geng motor baradam, pasdar, dan juga blackcarlos. Tangannya meremas kuat bantal tidurnya, sesekali menggigitnya. Mengingatnya sungguh membuat ia merasa sangatt bahagia hari ini.
Bagaimana tadi Chiko menggenggam tangannya, melingkarkan manis pada lehernya dan mengikis jarak dengannya. Tersenyum manis padanya dan mengatakan. "Aku sungguh mencintaimu sejak awal kita bertemu, mau menjadi pacarku?" Aah rasanya ia ingin berteriak saat itu juga. Belum lagi Chiko tadi bernyanyi sambil memainkan gitar untuknya. Oh ayolah, bukankah kebanyakan wanita ingin di nyanyikan oleh pacarnya?
'Ting!'
0812345*****
Jangan senyum.
Reina mengerutkan dahinya. Siapa gerangan yang mengganggu momentnya. Oh astaga apa sekarang dirinya tengah jatuh cinta?
Sp?
Pemuda tampan yang tadi mengklaim ketua baradam sebagai pacarnya.
Reina tersenyum kembali. Ah kenapa begitu menyebalkan malam ini.
Pasti lagi senyum senyum sendiri kan?
Engga!
Kalo lagi ngga senyum berarti aku belum ada di pikiran kamu dong?
Kenapa gitu?
Kalo aku ada dipikiran kamu pasti kamu akan tersenyum senyum membayangkan bagaimana romantisnya tadi aku melamarmu bukan?
Melamar?
Iya melamar sebagai pacar.
Reina sungguh merasa ada kupu-kupu menggelitik di dalam perutnya yang membuat ia rasanya ingin terus tersenyum. Sangat menggemaskan, rasanya sampai ia ingin membanting benda elektronik di genggamannya itu. Reina membolak-balikkan tubuhnya di atas tempat tidurnya dengan bantal gulingnya yang dia peluk. Menutup wajahnya dengan bantal dan berteriak sekencang-kencang.
'Ceklek!'
Seorang gadis yang berusia tak jauh berbeda dengan Reina masuk tanpa mengetok pintu dan tanpa meminta izin terlebih dahulu pada pemilik kamar untuk memasukinya. Gadis itu mengerutkan keningnya melihat ekspresi Reina yang berbeda dari hari sebelumnya. "Kak Nana kenapa?"
Reina menoleh pada sumber suara dan mendengus. "Ngga kenapa-napa."
"Ngga punya sopan santun ya? Asal masuk begitu aja?" Sindir Reina dengan begitu sinisnya.
Gadis itu mengangkat bahunya acuh, merotasikan bola matanya. "Serah gue lah."
Reina beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan mendekat pada gadis itu. "Apa?"
Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. "Papa panggil lo." Gadis itu berbalik badan tanpa menutup pintu.
Reina berjalan menuju pintu untuk menutupnya, sebelum dirinya memikirkan kembali sosok pangerannya. Ah apakah dirinya telah jatuh cinta? Tolong katakan bahwa dirinya tidak terjatuh dalam sihir jahat bernama cinta.
"Eh wait!" Gadis itu menghentikkan Reina yang akan menutup pintu kamarnya.
Reina mendongak, ditatapnya gadis itu. Dahinya mengernyit seolah bertanya. "Apa?"
"Sekarang ya turunnya." Gadis itu memilin ujung rambutnya. "Gapake lama!"
Reina merotasikan kedua bola matanya. "Iya Kayla Aszahra." Ujarnya menekankan setiap katanya dengan malas.
****
Reina menuruni anak tangga dengan malas. Matanya tertuju pada Ayah dan Ibunya yang tengah duduk di ruang keluarga, Kayla juga berada disana.
Reina merotasikan kedua bola matanya malas. Berjalan menghampiri keluarganya. "Hm, ada apa?" Ujarnya dengan malas.
Bram menatap Reina. "Duduk"
Reina berjalan dan mendudukkan dirinya. Kakinya di silangkan saling bertumpu, punggungnya bersandar, matanya memperhatikan kuku-kuku panjangnya tanpa kutek.
"Minggu depan, kalian akan menghadapi ujian akhir semester 1. Ayah pengin nilai kalian berdua bisa memuaskan Ayah. Karena 2 minggu lagi keluarga kita akan berkumpul di rumah nenek. Om dan tante kalian pasti akan membicarakan soal nilai kalian dan membandingkannya dengan anak-anak mereka."
"Saya ngga akan ikut." Reina bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia sudah tau kemana arah pembicaraan ini.
Bram bangkit berdiri. "Kamu harus ikut! Ngga ada bantahan!"
Seperti inilah hidup. Terkadang bahagia baru datang menghampiri dirimu setelah sekian lama. Tiba-tiba saja ada masalah baru datang menghampiri dirimu. Membuat dirimu kembali terjatuh.
Kehidupan manusia ibarat berlatih berjalan. Kamu akan terjatuh, kemudian bangkit. Terjatuh lagi dan bangkit kembali. Sampai akhirnya, kamu lancar berjalan dan mulai bisa berlari. Berlari pun tak khayal kamu juga terjatuh.
Perjalanan hidup manusia juga diibaratkan sebuah pohon. Semakin tinggi pohon itu. Maka, semakin bercabang pula rantingnya. Semakin dekat dengan tujuannya. Semakin banyak pula rintangannya. Ranting yang bercabang bisa kamu artikan adalah sebuah pilihan hidup yang sulit untuk kamu pilih. Bisa kamu artikan juga sebagai jalan untuk kamu keluar dari permasalahan yang tengah kamu hadapi.
Semakin tinggi rasa kesabaranmu. Semakin banyak pula masalah yang akan datang menghampirimu. Semakin banyak orang yang ingin menjatuhkan dirimu. Semakin banyak pula tuhan memberimu jalan pilihan. Banyak jalan yang harus kamu lalui untuk terus tetap tegak berdiri. Hanya ada 2 hal yang dapat kamu pegang teguh dalam menjalaninya, bersabar dan menikmatinya.
****
Siapa yang disini kalo lagi jatuh cinta sama kaya Reina? Senyum-senyum sendiri, Di bayang bayangin gimana si tadi doi memperlakukanmu. Kata apa aja yang buat kamu meleleh perihal doi?
Next?
Salam kak es stnrmh
KAMU SEDANG MEMBACA
Baradam (Completed)
Fiksi RemajaPart akan dihapus pertanggal 13 Agustus 2022 untuk proses Revisi ulang! (Utamakan follow terlebih dahulu sebelum membaca^_^) PERINGATAN KERAS! MENGANDUNG BANYAK ADEGAN BAWANG! JANGAN MEMBACA KALAU TIDAK KUAT! SIAPKAN TISU DAN HATI YANG KUAT:) -Kamu...