|2.| Sebuah Pesan

945 126 38
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang di pojok kiri bawah⭐

Happy reading📖

"Eh girl, masuk yuk!" Ajak Bianca, gadis dengan rambut yang diwarnai warna hijau.

Semuanya menatap Reina dengan senyuman. "Naaa." suaranya begitu manja, menatap dengan puppy eyesnya yang membuat Reina merotasikan kedua bola matanya malas.

"Gue ngga ikut. Kalian aja deh, gue mau pulang duluan." tolak Reina. Ia mulai membalikkan badannya dan berjalan berlawanan arah dengan teman-temannya.

"Yaelah itung-itung buat party atas kemenangan lo kali, Rein." Bianca segera memotong jalan Reina. Ia merangkul Reina. "Lo juga harus minum Rein, biar lo tau gimana enaknya minum, rasanya tuh semua beban lo bakalan menghilang dengan sendirinya."

"Udah berapa kali gue bilang, gue ngga minum!"

"Yaudah yang penting lo ikutan masuk ke club deh."

Reina merotasikan kedua bola matanya malas. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Ia berjalan malas mengikuti dorongan dari Bianca dan juga Jessica yang terus memaksanya untuk ikut masuk.

"Gue duduk disini aja deh. Kalo lo mau minum sama nari sendirian aja,  ngga usah ngajak-ngajak gue."

"Ah lo mah ngga asyik Rein. Orang masuk club itu nari, minum. Lah elo, malahan lebih milih duduk?"

"Masih mending gue ikutan masuk, atau mau gue pulang sekarang juga itu pilihan yang jauh lebih baik daripada masuk kedalam tempat kaya gini."

"Yaudah deh iya iya. Rein bagi duit lo ya? Kan tadi lo menang" Bianca tersenyum seraya memperlihatkan amplop berwarna coksu yang berisi uang balapan tadi.

Reina menengadahkan tangan kanannya ke hadapan Bianca. "Lo ambil setengahnya. Sisanya kasih ke gue."

Reina mengambil amplop berwarna coksu itu. Sudah menjadi hal biasa bagi Reina untuk membagi setengah dari hasil kemenangan balapan untuk anggota geng motornya bersenang-senang.

"Thank you Nana. Muah." Ujar Bianca kemudian memanyunkan bibirnya seperti akan mencium Reina.

"Najis!"

"Lo ngga papa nih kita tinggal, Na?" Tanya Raisya.

Reina menggelengkan kepalanya "No problem."

Reina duduk di sofa. Aromanya yang begitu tajam seperti bau alcohol dan juga rokok menyeruak masuk kedalam saluran pernafasannya, membuat Reina menutup hidungnya dengan telapak tangannya.

Tak lama kemudian ada seseorang yang duduk di sebelah Reina. Sepertinya seorang pemuda. Reina tidak dapat begitu jelas melihat wajah pemuda itu karena cahaya yang cukup remang-remang. Reina menjauhkan duduknya dari pemuda itu, namun pemuda itu semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Reina. Ia merasa ada yang tidak beres. Dapat Reina pastikan pemuda di sampingnya adalah pria berhidung belang.

"Sendirian aja nih, gue temenin ya." pemuda itu merangkul bahu Reina.

Reina segera menurunkan tangan pemuda itu. "Ngga perlu!"

Tangan pemuda itu kini turun melingkar manis di pinggang Reina. Reina merasa geram ketika tangan pemuda itu mulai beranjak naik bergerilya menyentuh tubuh atasnya. Tangan Reina segera memelintir tangan pemuda itu. Reina bangkit berdiri dari duduknya tanpa melepaskan tangannya yang masih memelintir tangan pemuda itu. Ia tak peduli akan rasa sakit yang tengah dirasakan oleh pemuda itu.

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang