|33.| You Don't Know

174 40 5
                                    

Happy reading📖

"Dev, temenin aku untuk bertemu dengan mereka. Sekarang."

"Tapi ini udah malem, Na. Kamu juga masih sakit."

"Dev, aku mohon. Aku pengen nyelesein masalahnya sekarang juga. Aku pengin tau alasannya kenapa dia tega ngelakuin ini sama aku, Dev." Air matanya terus mengalir membasahi kedua pipinya.

Melihat Reina yang terus menangis membuat hati Devan teriris. Mungkin tak ada salahnya ia mengijinkan Reina menemui mereka. Mungkin ini saatnya Reina menyelesaikan masalahnya. Toh dirinya juga yang akan menemani Reina, dirinya juga yang akan menjaga dan melindungi Reina.

Devan menganggukkan kepalanya. "Oke. Nanti aku akan kirim pesan ke mereka dimana mereka sekarang.

Sekarang lo dimana?

Tak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan balasan dari gadis itu.

Jalan kenanga.

Setelah mengetahui keberadaan gadis itu. Pemuda itu memasukkan ponselnya kedalam saku celana.

***

Reina dan Devan telah tiba di jalan kenanga. Banyak pasang mata menatap Reina. Samar-samar gadis itu juga mendengar bisikan-bisikan yang tertuju untuk dirinya.

"Ngga nyangka ya kalo ternyata dia yang udah buat Binar mati."

"Cantik sih. Keliatannya baik, tapi ternyata dalemnya busuk!"

Dan masih banyak bisikan lainnya. Gadis itu mengeratkan jaket Devan yang melekat pada tubuhnya. Devan merangkulnya. "Baik-baik aja?"

Gadis itu menarik nafas dan menghembuskannya. "Hm." Gadis itu menganggukkan kepalanya pertanda ia baik-baik saja. Mereka berjalan bersisian melewati banyak pasang mata yang terus menatapnya.

"Hai, Devan." Seorang gadis melambaikan tangannya pada Devan. Gadis itu tersenyum manis. Ia juga menoleh pada Reina dan meliriknya sinis.

Reina melepas rangkulan Devan pada pundaknya dan membuat jarak untuk dirinya dan juga Devan. Namun, Devan justru semakin mengeratkan tangannya pada bahu Reina.

Pemuda itu menatap tajam gadis itu yang tak lain adalah mantan kekasihnya, Violla. "Katya dimana?"

"Ada di dalem club. Dia lagi sama Chiko."

Mungkin tentang rekaman itu benar adanya dan rencana itu adalah tujuan mereka. Kini mereka telah mendapatkan apa yang mereka mau. Menghancurkan hidup Reina.

Devan menarik pergelangan tangan Reina, memasuki club dan mencari keberadaan Katya dan juga Violla.

Di pojok club. 2 remaja itu duduk manis dengan sebotol minuman di meja mereka. Aroma alkohol dan juga rokok menyeruak masuk dalam pernafasan. Suara menggema dengan lampu remang-remang menjadi ciri khas club itu.

"Kat, aku udah turutin semua kemauan kamu. Aku udah buat Reina jatuh hati sama aku. Dan aku juga udah putusin dia. Sekarang kita bisa balikan lagi kan?"

"Ma---"

"Prok prok prok!"

Baru saja Katya akan mengucapkan sesuatu. Sebuah tepuk tangan membuat keduanya menoleh pada sumber suara.

"Bagus!" Devan berjalan mendekat. "Terima aja, Kat. Udah ngga ada penghalang lagi untuk kisah cinta kalian. Kalian itu serasi dan cocok, sama-sama brengsek dan pengkhianat!"

Katya mengernyitkan dahinya. "Maksud lo apa si, Dev? Bukannya yang pengkhianat itu, Reina, ya? Dia kan yang udah ngerebut Arkan. Padahal udah jelas-jelas dia tau kalo Binar sukanya sama Arkan!"

"REINA NGGA KAYA GITU!" Bentak Devan. Reina menyentuh lengan pemuda itu dan menggelengkan kepalanya.

Katya tersenyum ketika mengetahui keberadaan Reina. "Hebat juga ya, lo. Dulu ngerebut Arkan dari Binar. Sekarang? Lo ngerebut Devan dari Violla."

"Terserah lo mau menilai gue kaya gimana. Gue ngga peduli. Gue kesini cuma mau tanya sesuatu sama lo ... " Reina beralih menatap Chiko. " ... dan lo."

Katya mengernyitkan dahinya. "Apa?"

Reina memutar video itu dan memperlihatkannya pada Katya, Chiko, dan juga Violla.

"Oke. Gue mau balikan sama lo. Tapi ..."

Chiko menatap Katya. Tubuhnya condong kedepan, dadanya bahkan sampai menempel pada meja. "Tapi apa?"

"Tapi, setelah lo selesain syarat yang gue berikan sama lo."

"Syarat apalagi si, Kat. Lo suruh gue buat deketin Reina udah, suruh buat dia jatuh cinta sama gue dan jauhin dia dari Devan juga udah. Lo minta gue buat pacarin Reina udah. Buat dia sakit hati udah. Bahkan asal lo tau gue udah khianati dia 3 kali. Gue bahkan udah bikin dia seakan-akan atm berjalan gue. Kurang apalagi?"

"Putusin dia! Saat dia lagi sayang-sayangnya sama lo."

Katya mendongak. Ditatapnya iris mata Reina. Ia terkejut, darimana Reina mendapatkan video itu.

"Itu lo kan, Kat?"

"Iya! Itu gue, kenapa?! Ngga suka?"

"Kenapa lo lakuin itu sama gue, Kat? Apa salah gue sama lo."

"Lo tanya apa salah lo ke gue? Salah lo itu banyak banget. Pertama, lo itu terlalu angkuh dan sombong. Kedua, lo terlalu pamer atas segala yang bisa lo dapetin dengan mudah dari orang tua lo dan gue ngga suka itu. Ketiga, lo selalu bersikap bossy. Dan kesalahan lo lainnya."

"Gue pengen hidup lo itu menderita! Bahkan kebahagiaan itu enggan untuk datang menghampiri hidup lo! Gue pengen lo ngerasa hidup sendirian, tanpa ada satu orang pun!"

"Lo iri sama gue, Kat?"

"Iya! Gue iri sama lo. Hidup mewah dengan bergelimpang harta!"

Reina maju beberapa langkah mendekat pada Katya. "Kat, kalo gue disuruh milih hidup mewah atau sederhana seperti yang lo hadapi. Gue akan lebih memilih hidup sederhana daripada hidup mewah. Hidup mewah ngga menjamin hidup lo akan bahagia, Kat."

"Lo ngga pernah tau apa yang gue rasa. Lo juga ngga tau hidup gue yang sebenarnya kaya gimana? Lo cuma orang yang numpang lewat di kehidupan gue. Sebagai figuran di cerita gue. Lo hanya tau gue dari apa yang lo lihat dan apa yang lo dengar dari orang lain, Kat. Tapi apa lo tau? Kalo semua manusia di dunia ini pandai dalam memainkan topeng? Oh ralat, ngga semua orang ... tapi sebagian orang yang terlalu pandai menutupinya."

"Berhentilah bersikap menghakimi. Lo bilang iri dengan hidup gue? Tapi apa lo tau kalo gue juga iri dengan hidup lo?" Gadis itu tertawa sumbang. "Haha ... gue lupa kalo manusia emang ga pandai bersyukur makanya selalu mengeluh. Apa lo tau gimana rasanya di perlakukan beda sama orang tua lo? Di perlakukan kasar dan sebagainya? Di bilang kalo lo di lahirkan hanya sebatas tugas seorang ibu yang harus melahirkan seorang bayi? Gimana rasanya lo udah berusaha sekuat tenaga lo tapi ga di hargai sama sekali? Lo ngga tau hidup gue sehancur apa? Berhentilah lo jadi sutradara dalam hidup gue. Lo ngga tau apapun." Air mata Reina tak dapat ia bendung. Suaranya bergetar. Hatinya sakit.

Devan merengkuh tubuh Reina. Mengelus lembut rambut Reina.

Dibelakang Devan, seorang gadis tak percaya apa yang barusan ia dengar. Gadis itu berjalan mundur secara perlahan dan menggelengkan kepalanya. "Gue ngga nyangka, Kat. Lo sejahat itu. Jadi ini alasan lo suruh gue buat deketin Devan dan jadiin dia pacar gue. Jadi ini alasan lo selalu suruh gue untuk jauhin Devan dari Reina? Hanya karena lo iri sama hidup Reina?"

***

Berasap ngga tuh? Kesel ngga sama Katya?

Salam ka es, stnrmh

Baradam (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang